Sunday, January 14, 2007

River Walk of Woodlands

You do not need to go to San Antonio to enjoy water riding of river walk. Just visit the Woodlands Mall at I-45 (either exit at Lake Woodland or Woodlands Parkway) and ...viola ... You'll get the same experience (even better I think). These first adventurer have tasted the new style of the river walk on Sunday, January 14, 2007. It takes about 35 minutes for the water riding. Hope you all enjoy a reminiscent of San Antonio's river walk as we had. (Prahoro Nurtjahyo, Sunday, January 14, 2007)











35 minutes before riding.















35 minutes after riding.

Friday, January 05, 2007

Proprietary Technology - Tanggapan tulisan tentang Tsunami Buoy

Tulisan terbuka ini muncul sebagai tanggapan atas berita yang dimuat oleh media cyber detik.com tentang hasil karya putra-putri bangsa Indonesia, Tsunami Buoy. Semula saya masih menantikan kalau saja ada klarifikasi dari pihak terkait tentang teknologi yang di-claim sebagai hasil karya cipta putra-putri bangsa ini. Sudah hampir dua minggu tidak ada berita klarifikasi, maka saya beranggapan bahwa apa yang tertulis di media itu adalah informasi yang benar dan valid adanya.

Ada dua hal pokok yang mendasari saya untuk menanggapi berita di media itu. Pertama, sebagai salah satu pertanggungjawaban secara moral dimana saya kebetulan sedikit banyak mengetahui jalan cerita khronologisnya tentang proses ini. Kalau saya diam, ada sebuah tanggung jawab moral yang kelak saya pasti ditanya olehNya karena saya tidak melakukan apa-apa. Paling tidak tulisan ini akan menemani saya, jika pertanggungjawaban itu diminta olehNya. Kalau pada akhirnya, tulisan ini hanya merupakan sisi pandang saya saja, maka dengan senang hati saya ingin memperoleh sisi gelap lain yang saat ini saya belum memperolehnya.

Kedua, Mengapa harus saya tulis secara terbuka seperti ini? Karena sudah terpublikasi di media masa, maka berita ini sudah menjadi konsumsi publik. Artinya, mind set sudah terlanjur terbentuk dan jangan sampai informasi yang salah akan diteruskan sebagai referensi bertindak yang sama untuk hal-hal yang lain dimasa yang akan datang.

Maka kalau ada yang merasa kesrempet karena tulisan terbuka ini, perkenankan saya memohon maaf, bukanlah maksud dari tulisan ini untuk bertindak tidak ksatria dan memperlebar perbedaan cara berjuang kita. Tetapi marilah kita memahaminya sebagai bentuk intellectual exercise terhadap sebuah problema. Dengan niat yang tulus saya tuliskan apa yang saya tahu tanpa ada niatan untuk menjelek-jelekan seseorang atau institusi. Bukan pula maksud dari tulisan ini untuk bermain dengan standard ganda karena tujuan-tujuan yang tersembunyi. I am who I am, saya menjamin keabsahan informasi yang saya punya sesuai dengan nilai yang saya yakini kebenarannya.

Saya pertama kali membaca berita ini ketika sedang berada di luar kota. Berita akhir tahun 2006 untuk bidang teknologi di Indonesia ditutup dengan tulisan di detik.com tentang keberhasilan putra-putri Indonesia dalam mendesign Tsunamy Buoy. Sebagai anak bangsa, perasaan bangga sudah barang tentu muncul dengan sendirinya. Perasaan ini pula yang muncul ketika saya menyaksikan N-250 pertama kali terbang pada tahun 1995 di atas rumah saya (kontrakan) di Bandung.

Perasaan bangga seketika menjadi hilang dan berubah menjadi bingung setelah mengetahui bahwa apa yang di claim sebagai karya putra-putri Indonesia ini sebenarnya adalah DART Buoy. Yang saya tahu, DART Buoy adalah product komersial buatan NOAA. Apakah ini memang hanya kebetulan saja mempunyai nama yang sama? Setelah mengikuti proses yang berjalan, rasanya terlalu sembrono kalau hanya kebetulan saja mempunyai nama product yang sama. Adakah deal di balik layar yang memperbolehkan patent milik NOAA ini diakui sebagai hasil karya putra-putri bangsa Indonesia? Saya tidak tahu. Kalaupun boleh atau diijinkan oleh NOAA, haruskah mengatakan ini sebagai karya cipta putra-putri bangsa Indonesia? Value apa yang ingin ditransfer untuk anak cucu kita? Bangsa penjiplak? Bangsa pembohong? Sayapun yakin bahwa berita ini muncul bukan hanya sekedar lipstick untuk menyenangkan pihak-pihak tertentu saja.

Sampai saat ini saya masih meyakini nilai yang saya bawa bahwa teknologi adalah buah cipta yang muncul bukan dihasilkan karena permainan sulap atau sistem Sangkuriang (muncul hanya dalam waktu kebut semalam). Yang seperti itu hanya ada dalam dongeng pengantar tidur saja. Teknologi muncul melalui riset yang memakan waktu tidak sebentar, bahkan bisa bertahun-tahun. Sementara riset Tsunami buoy kita dilakukan mulai Agustus 2006 dan hasil risetnya sudah dapat diinstall pada bulan Desember 2006. Bukan main. Saya paham sekali adanya institusi di Indonesia yang berisikan orang-orang terbaik dari seluruh anak negeri. Saya bolak balik baca kata per kata pada berita itu dan meyakinkan diri saya sendiri kalau saya tidak sedang membaca cerita Kho Ping Ho tentang kemungkinan adanya manusia setengah dewa (Bukek Sianshu) yang barangkali turut ikut dalam riset itu.

Saya tidak mempermasalahkan teknologi apa yang dipilih untuk dapat diaplikasikan pada suatu permasalahan, khususnya untuk negara kita. Meskipun sampai sekarang otak saya masih belum bisa menerima beberapa keputusan yang sering diambil oleh para pejabat pemerintahan, tetapi saya sudah terbiasa melihat kebijakan mereka yang short cut untuk membeli sebuah teknologi karena alasan kebutuhan yang mendesak. Apa itu definisi mendesak? Mendesak karena waktu atau lack Sumber Daya Manusia? Kapan kita punya waktu yang tidak mendesak? Kok setiap kali argumentasi yang muncul ketika kita membeli teknologi disebabkan karena waktu yang mendesak.

Ada sebuah value yang harus tetap kita junjung tinggi kalau sudah bersinggungan dengan sebuah ilmu. Ilmu adalah bebas nilai. Sudah lupakah kita dengan bom atom Hiroshima dan Nagasaki? Dimana ilmu sudah ditunggangi dengan kepentingan politik yang pada akhirnya nyawa ribuan orang sebagai taruhannya. Kalau para ilmuwannya saja sudah melupakan prinsip dasar sebuah ilmu untuk honest, kepada siapa lagi rakyat kita akan meletakan harapannya.

Adakah dampak kerugian yang ditimbulkan seandainya berita yang tertulis pada media masa itu sebagai berikut, ”Untuk mengejar target terpasangnya buoy diakhir tahun 2006, Indonesia memasang 2 Tsunami Buoy DART buatan US. Info selengkapnya tentang teknology DART dapat dilihat pada website http://www.pmel.noaa.gov/tsunami/Dart”. Ini lebih honest dan politically correct.

Adalah tugas para intelektual untuk bukan hanya sekedar mentransfer ilmu yang mereka miliki kepada rakyat kita dalam bentuk barang atau pikiran, tetapi juga menularkan sebuah value (attitude) dalam bertindak dan melakukan sesuatu. Inilah salah satu proses mencerdaskan rakyat dengan mengakui kelemahan kita. Inilah sebuah value yang sudah seharusnya kita kembang-biakan agar rakyat kita melek akan teknologi dan mengetahui dimana posisi bangsa ini sebenarnya ditengah persaingan yang ketat di dunia. Bukan yang sebaliknya, rakyat kita sering dinina-bobokan dengan berita bombastis seolah-olah bangsa ini adalah jagoan disegala bidang. Edan tenan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak jalan untuk membangun bangsa ini dan blind spot akan selalu muncul karena manusia memang tidak akan pernah sempurna. Adalah sebuah bentuk arogansi dan ignorance kalau ada yang mengatakan ”Cara sayalah yang paling benar”. Dan kalau kita sepakat bahwa mencerdaskan rakyat adalah hal yang utama, maka prosesnya dapat dimulai dari mana saja. Terlalu bodohkah rakyat kita sehingga setiap keputusan yang diambil tidak diperlukan sebuah alasan yang mendasarinya? Terlalu rendahkah cara berpikir rakyat kita sehingga tidak mampu menggunakan akal sehatnya untuk menganalisa sebuah keputusan? You tell me. Wallahualam. (Prahoro Nurtjahyo, Jumat, 5 Januari 2007)

Monday, January 01, 2007

This Year Starts Here

The year of 2006 was an excellent year for all of us with many unforgettable reminiscences. I will keep mine and you will keep yours. But, there were some of them that we could keep together into our heart and speak on behalf of those who reside away from our homeland.

Some of us started a new job,
Some was having a visa problem.
Some started with a new house,
Some started moving out.
Some were losing the beloved one,
Some got a new love one.
Some were going home,
Some were visiting us.

Did you see that? There were too many for us to put up with. We have to leave some and also carry some. May Allah bless us to be a better person with a great quality (both, horizontally and vertically) and 2007 will be writing a new history and be our witness for our next journey. Amen. (Prahoro Nurtjahyo, Monday, 1 January 2007)