Friday, September 30, 2011

Tentang Kelas Bahasa Arab

Tulisan ini berkaitan dengan subject bahasan belajar bahasa Arab. Agak panjang memang. Namun demikian, ijinkan saya untuk mengajak sampeyan semua sedikit berbelok sebentar ke cerita yang lain sebelum meneruskan perjalanan cerita tentang bahasa Arab ini.

Perlu saya garis bawahi, bahwa tema tulisan ini masuk dalam platform “tarbiyah praktis”, bukan dalam konteks “theologies praktis”. Sudah barang tentu, dua term baru ini lahir dari istilah saya sendiri :-) (tidak ada basis scientific-nya). Istilah itu perlu saya sampaikan diawal tulisan ini, sebelum ada cap jempol melayang ke jidat saya dengan stempel bertuliskan “Murtad”. Nanti lari semua nggak ada yang ngaji lagi hari Sabtu….he... he…he

Karena tema-nya lumayan berat, jadi mohon hati-hati dalam membacanya. Alert is on :-)

Monday, August 22, 2011

"Terperangkap" Iktikaf

Kalau sampeyan sudah berani mengambil ancang-ancang untuk ber-iktikaf di Masjid kampung saya, maka saya sarankan di siang harinya berlatihlah tentang kesetimbangan tubuh. Yang saya maksud dengan kesetimbangan disini adalah kekompakan dari empat komponen antara kaki, leher, mata dan hati. :-)

Mengapa? Kalau tidak ada kekompakan, maka saya memprediksi satu dari tiga kemungkinan ini akan terjadi. Pertama, kemungkinan sampeyan jatuh tersungkur karena tidak sinkron kerja sama antara mata yang baru melek dengan kekuatan kaki. Kedua, kemungkinan otot leher terasa copot atau tegang karena posisi sujud yang humanly cukup lama, apalagi untuk ukuran anak kecil. Yang ketiga, kemungkinan sampeyan ngedumel selepas sholat selesai yang seharusnya melatih hati untuk sabar...ternyata malah ngomongin si Imam yang sudah capek2 menghafal surat dan doa yang super panjang, ”Sialan...bisa copot ini leher”.

Friday, April 22, 2011

Mengukur Niat untuk 3 Hal

Saya haqqul yakin bahwa hafalan saya untuk surat pendek di Juz’amma, jauh lebih sedikit ketimbang hafalan dari sampeyan-sampeyan semua. Apalagi, kalau hafalan itu harus ditambah lagi dengan syarat Makhraj yang benar, maka urutan berdiri saya pun akan mundur lagi ke belakang dari posisi berdiri sampeyan saat ini.  Karena itulah, saya harus ngoyo (baca: memaksakan diri) mengejar ketertinggalan dan mencoba mendekati makom sampeyan saat ini. Boleh to? :-)

Dengan ber-modal pengetahuan yang pas-pasan, tentunya tingkat pemahaman saya pun menjadi pas-pasan juga. Kalau yang serba pas-pasan ini terus di’maintain”, maka akhirnya yang ter-implementasi-kan dalam hidup ini tidak akan jauh dari yang namanya "asal saja". Asal hidup, asal makan, asal kerja, asal-asalan.  Wajar khan? The output is depending on the input.