Tuesday, June 09, 2015

Just for You


Saya merasa paling bahagia di dunia ini kalau mendengar Istri saya ngomel. Apalagi kalau yang dijadikan sasaran adalah semua makhluk yang ada di dalam rumah, yaitu anak-anak dan saya, suaminya. Meskipun marah, nggondok, ngedumel, dan ngomel seharian, seluruh pekerjaan rumah masih dapat diselesaikan dengan baik. Begitulah hebatnya seorang Istri.

Melihat Istri ngomel merupakan berkah yang sangat besar dan bernilai positif bagi saya. Mengapa? Karena dengan cara itu dia bisa melampiaskan kekesalan batin-nya. Sehingga tidak perlu lagi dokter atau obat stress menahan beban sakit batin. Iya to? Semuanya sudah tersalurkan. Bahkan, kalau istri saya sudah mulai ngomel, pekerjaan rumah jadi lebih cepat. Dengan demikian, secara fisik, istri saya menjadi lebih sehat. Itulah kenapa saya bahagia sekali kalau Istri saya di rumah sudah mulai uring-uringan. Alhamdulillah.

Thursday, May 28, 2015

Saya (Tidak) Menangis


Menangis karena perpisahan itu perlu. Bahkan, bisa jadi menangis itu harus. Tidak selamanya menangis itu identic dengan cengeng. Bagi saya, menangis bisa menjadi sesuatu yang indah, worth-it,  dan “bermutu” jika di setiap tetesan air mata yang jatuh adalah symbol betapa sakitnya hati ketika persahabatan itu harus dipisahkan.  
Melankonlis sekali? May be. Romantis-kah? Not necessary.  Makanya, kalau sampeyan melihat seseorang menangis, bisa jadi itu bukan karena dia cengeng. Bisa jadi, dia takut jika kenangan indah yang sudah terjalin di tempat ini, tidak dapat diulang lagi di tempat lain.  Iya khan?   
                    

Saya sering bertanya
“Kenapa kita harus berpisah? Mengapa sampeyan dan saya harus dipertemukan kalau akhirnya dipisahkan juga?”

Semuanya adalah rahasia Alloh. Bertemu karena Alloh. Berpisah juga karena Alloh.  Ketika pertama bertemu dengan sampeyan, saya bertanya kepada Gusti Alloh, “Duh Gusti, kenapa saya dipertemukan dengan sampeyan?” Tidak serta merta saya dapatkan jawabannya. Allah hanya menuntun kita dengan Qodo dan Qodar-Nya agar berpikir bahwa semuanya sudah dituliskan di Lauful Mahfudz jauh sebelum manusia ini dilahirkan di muka bumi. Memang terkadang perlu waktu untuk menerjemahkan Kalam-Nya. Kita saja yang sering tidak sabar untuk menantikan rahasia apa sebenarnya. Dan semoga sampeyan dan saya diberikan kesabaran, ilmu dan kuasa untuk segera tahu alasan mengapa kita dipertemukan.
Demikian juga, ketika harus berpisah.  Alloh telah mencukupkan pertemuan sampeyan dan saya karena sesuatu yang terbaik sudah menanti kita didepan sana.  Apa itu? Wallohuallam. (Prahoro Nurtjahyo, 28 May 2015).

Wednesday, May 20, 2015

Berkaca Dari Masa Lalu

Setiap peristiwa yang terjadi selalu didahului oleh suatu sebab. Kata “sebab” umumnya terjadi karena perbedaan cara memandang dan menyikapi. Komunikasi yang tidak utuh adalah kontribusi utama yang menjadikan permasalahan yang seharusnya simple menjadi complicated dan ruwet. Ternyata bentuk komunikasi inilah yang menjadi sumber keresahan yang ada sejak manusia dilahirkan di muka bumi ini.

Ketika Habibie meng-komunikasi-kan segala uneg-uneg nya melalui buku, maka sudah dapat ditebak akan ada yang pro dan con tentang isi dari buku itu.  Selama masyarakat kita mampu mengartikan bahwa informasi yang ada di buku itu adalah sisi pandang si Habibie, tentunya masalahnya selesai di situ. Iya to? Jangan sampai, tulisan itu (yang masih berupa personal opinion) dijadikan sebagai acuan atau dasar hukum untuk bertindak. Lha modar kowe kalau begitu caranya. Iya khan?

Ketidakberdayaan masyarakat dalam menganalisa sebuah kejadian, sering kali dimanfaatkan oleh beberapa pelaku untuk menghujat atau membenci.  Yang nanti ujung-ujungnya adalah demo.  Padahal belum tentu mereka yang ikut demo itu, tahu persis apa yang dia demo-kan. Nah proses pembelajaran inilah sebenarnya yang menjadi tugas dari para cerdik cendikia untuk terus menyebarluaskan ke semua elemen masyarakat untuk think… think… think… dan tidak mudah ter-provokasi. Mikir !!!

Biarkan Habibie dengan segala ceritanya, biarkan Prabowo dengan counter ceritanya.  Biarkan Jokowi dengan segala blusuk-kannya, biarkan yang anti-Jokowi dengan cercaan-nya. Pasti ada sesuatu yang path-nya akan bersilangan dari cerita mereka berdua. Dari sanalah kita para pembaca, kawula cilik ini, untuk menganalisa kasus per kasus dan akhirnya pada suatu kesimpulan pribadi (masih opini sifatnya) bahwa ternyata si A yang berkata make sense, sementara si B adalah pelawaknya.  Tidak ada dari kita yang tahu sebenarnya apa yang terjadi. Karena kebenaran mutlak itu hanya milik Alloh SWT.

Thursday, April 30, 2015

Kecewa

Kecewa adalah hal yang lumrah dan dapat terjadi pada semua orang, termasuk sampeyan dan saya. Kekecewaan umumnya muncul karena terlalu njomplang-nya perbedaan antara harapan yang diinginkan dengan kenyataan yang ada.  Kalau melihat hanya dari dua parameter ini saja (harapan dan kenyataan), maka bisa jadi penyebabnya adalah either harapannya yang terlalu tinggi atau usahanya yang malas-malasan sehingga hasil “kenyatan”nya tidak optimal. Iya to?

Selama dua minggu berturut-turut saya harus menelan pahitnya ludah karena kecewa setelah menyaksikan movie Indiana Jones sekuel yang ke-4 (diperankan pemain kawakan Harisson Ford). Bagaimana tidak? Lha wong  untuk Movie Director sekaliber Stephen Spielberg kok dengan mudah meluluskan ending cerita seperti itu. 

Sebenarnya, setting awal cerita cukup menarik dengan membawa kita untuk bertanya-tanya. Nah…nada-nada aneh mulai terasa ketika pertunjukan memasuki summary di bagian 10% terakhir dari cerita. Anak saya yang ragil (baca: paling bontot) sudah mulai dapat memprediksi bagaimana ceritanya nanti akan berakhir ditambah omelan plus ancaman. 

Akhirnya… gedubrakAsem!! Gombal Mukiyo tenan.

Harapan saya dan anak-anak untuk memperoleh happy ending yang logically make sense tidak kesampaian juga ketika layar tancep itu berakhir exactly sama seperti yang kami perkirakan. Kecewa? Pasti. Sungguh diluar nalar saya bagaimana seorang yang selama ini professional di bidangnya berbuat seceroboh itu.

Pada akhirnya, saya sependapat dengan apa yang dituliskan oleh pak Kyai Maslow (Maslow’s Hierarchy of Needs), bahwa manusia akan mencari kepuasan melalui batin-nya. Mereka tidak lagi peduli dengan material apa yang dimilikinya. At the end of the day, semua yang bersifat materi dan fisik hanya tertangkap oleh indera mata saja. Itulah surga dunia. Makanya belum tentu kalau yang cantik rupanya, akan cantik juga hatinya… he…he…he…. Close your eyes so you can see. You are more beautiful than you think.  Inikah surga dunia dan akherat? Wallohuallam (Prahoro Nurtjahyo, April 30, 2015)

Tuesday, April 28, 2015

Menegakkan Benang Basah?

Sebuah organisasi atau perkumpulan apapun namanya, style manajemen sangat dipengaruhi oleh para individu yang memegang kendalinya.  Begitulah kira-kira yang saya rasakan ketika saya “menambang rupiah” di PT. IPTN (sekarang PT.DI) Bandung.  Di dalam organisasi itu, muncul perkumpulan lulusan Jerman, Inggris, Perancis, Belanda, US, Australia, dan lain-lain. Yang sudah barang tentu membuat "jarak" tanpa disengaja antar satu dengan yang lain.  Belum lagi ditambah perkumpulan lulusan dari universitas lokal.  


Kelompok eksklusif ini terus berkembang biak, tidak hanya dalam konteks kangen-kangenan sesama alumni, tetapi juga merembet ke project.  Ketika yang menjadi pimpro sebuah project adalah lulusan Jerman, maka semua yang lulusan Jerman, tanpa diundang, mendukung.  Yang lain? karena merasa tidak satu almamater terus minggir dan malah beralih tugas mengkritik hasil kerjaan tim Jerman ini. Modar kowe? He…he….he…

Lumrah-kah? Saya jawab iya. Trend seperti ini tidak hanya ada di negara kita, tetapi sudah jamak hampir ke se-antero dunia.

Wajar-kah? Saya jawab belum tentu wajar. Mengapa? Karena pola berpikir yang seperti ini kalau dipelihara terus menerus akan menjadi biang kerok dari sumber penyakit chronic yang namanya fanatisme.

Jadi, kalau dulu jaman Orde Baru sumber perpecahan bangsa itu dibagi dalam kategori SARA (Suku, Agama dan Ras), maka perkumpulan-perkumpulan seperti ini juga akan bermuara ke hal yang sama laten-nya dengan SARA jika pijakan berpikirnya sudah salah kaprah. Saya tidak allergy dengan perkumpulan-perkumpulan seperti ini, hanya harus hati-hati dalam mensikapinya kalau tidak ingin muncul kelompok gangster baru.

Monday, March 09, 2015

Tidak Ada Kata "Kebetulan"

Dalam beberapa kesempatan, saya selalu sampaikan ke anak-anak saya bahwa kata “kebetulan” sudah seharusnya dihapus dalam kamus pikiran manusia. Tidak ada yang “kebetulan” dalam perjalanan hidup manusia ini. Sampeyan dan saya dipertemukan di acara Camping minggu lalu bukan semata-mata karena kebetulan. Sampeyan dan saya harus mengangkat BBQ Grill dari Sugar Land ke Katy, kemudian diangkut dengan truck ke Camping Site, juga bukan faktor kebetulan. Iya to?

Grand Design kehidupan manusia sudah dituliskan oleh-NYA dalam Lauhul Mahfuz. Begitu pula jalan cerita itu sudah dituliskan sebelum kita lahir bahwa sampeyan dan saya akan bersama-sama di tent dan barrack pada weekend kemarin. Misteri khan? Justeru yang sekarang harus sampeyan dan saya cari jawaban-nya adalah “Ada Apa Dengan Camping” kemarin? Kenapa kok kita semua dipertemukan. Iya to?

Bersyukur kalau sampeyan dan saya masih ditemani oleh Anak dan Istri (Suami) yang selalu setia dengan apapun kondisi yang menimpa kita.  Bonding keluarga sangat tergantung dari bagaimana kita sendiri. Kalau benang-benang pengikat itu tidak pernah kita jalin, dan perekat itu tidak pernah kita maintain, bisa jadi potret sebuah keluarga yang utuh hanya "dirasakan" ketika mereka masih satu atap dengan kita orang tuanya. Artinya, ketika mereka sudah lulus SMA, maka bye-bye.  NaudzubillahimindzalikLha kalau mereka semua juga sudah pergi? Akan kemana sampeyan akan berpeluk?

Wednesday, March 04, 2015

Sampeyan dan Saya

Saya memulai tulisan ini dengan mengambil setting waktu di jaman Rosululloh SAW. Ada sahabat yang kepada-NYA, NabiAlloh memanjatkan 2 doa istimewa. Doa yang pertama, Rosul meminta agar semua mata panah yang melesat dari busur sahabat ini akan selalu tepat mengenai sasaran. Kemudian diteruskan dengan doa yang kedua, Rosul memohon kepada Alloh agar semua doa yang diminta oleh sahabat ini selalu dikabulkan. Luar biasa!

Begitulah adanya, kalau yang meminta adalah Rosul, maka sudah pasti tok cer,  mustajab dan granted dari Alloh.  Iya to? Siapa sahabat ini? Silahkan berburu di cerita nabawiyah. Kalau masih nggak ketemu juga quiz "siapa dia" ini, SMS saya cepetan karena akan keluar di QUIZ minggu depan... he... he... he...

-------------------------------------
Andaikan saja. Ini andaikan lho ya? Jangan di anggap serius :-) Andaikan yang dimintakan doa oleh Rosul itu adalah kita berdua (sampeyan dan saya). Dimana semua doa yang kita panjatkan, langsung akan dikabulkan oleh-NYA. Maka, sudah dapat dipastikan kalau setiap hari, kita berdua akan super sibuk. Dapat sampeyan bayangkan, rumah sampeyan dan saya akan banyak pengunjung yang datang dari seluruh penjuru desa dan kampung di dunia ini hanya untuk dimintakan doa kepada Alloh. Iya to?