Tuesday, December 25, 2007

Winter Break 2007

If Midland is our primary destination for this Winter Break, then visiting other places are considered as bonus. I will tell story later on about Midland, but first I want to bring you to our journey in Ruidoso, New Mexico.


Believe me... this was only good in the picture... in reality it's too cold (wanna confirm? ask Rafif)



How about this? Wow.. it was the same old story.


And this? Even though the weather looked good but that was only for a couple hours. While we took this picture, Zafhira was crying in the car :-)


For snow tubing, first smile was very encouraging. Second smile? Ask Rafif


This is what I called fun


It's really fun (Deva has tried arena 1 through 4). Arena 5 and 6? His Emak and Bapak are afraid!


No need facing the same direction... It is pure of gravity :-)


There is always time to create valuable memory in our history.


Hope this vacation give best memories. Hmm..!


So..How was Midland actually? This was one of us in actions as bocoran (Oops..)


Can't wait the full story? We will update it when we back to Midland.... or meet us at Erwin+Dewi's house on December 30, 2007, Insha Alloh.


Thursday, December 13, 2007

Pulang

Ketika saya menulis oret-oretan ini, teringat saya akan tulisan almarhum Mangunwijaya yang berjudul “Burung-Burung Rantau”. Setiap manusia dilahirkan akan memberikan kontribusi yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Tempat dimana kita dilahirkan adalah sebuah magnet yang sangat berpotensial untuk dapat menarik kembali setiap insan yang sudah menjelajahi dimensi ruang antar benua walau hanya sekedar untuk menengok saja. Dimanapun manusia itu berada, rasa rindu selalu muncul untuk dapat kembali ke masa silam dan berharap, “Kalau saja aku bisa kembali ke masa itu”.

Saya, demikian juga dengan anda dan sampeyan semua, adalah burung-burung rantau itu. Merantau untuk mencari arti hidup dan membekali diri sebelum memasuki kehidupan di alam berikutnya. Saya dan anda percaya bahwa setiap manusia akan kembali menghadap ke Sang Pencipta, Khalik. Dan masih juga percaya bahwa semua yang ada dalam kehidupan manusia ini adalah perwujudan dari tulisan pena Alloh untuk masing-masing hambaNya.

Tercatat beberapa peristiwa yang membuat detak jantung saya berdebar lebih cepat dari hari-hari biasanya. Karena kerinduan akan pulang inilah, saya sengaja menuliskan ini untuk dapat berbagi rasa bahwa ada kewajian kita kepada orang tua yang harus segera kita lakukan sebelum terlambat nantinya.

Tanggal 9 Juni 1999, seperti biasanya, saya mempunyai jadwal rutin untuk menelpon ke kampung halaman meskipun hanya sekedar mengucapkan salam dan ”hallo” untuk menanyakan keadaan orang tua. Hari itu nada bicara Bapak saya melalui telpon di seberang sana tidak seperti lazimnya. Terkesan mbulet dan muter-muter. Alam bawah sadar saya seketika itu merasakan ada ketidak beresan, tetapi saya tidak berani untuk memotong jalan ceritanya. Apalagi dalam setiap cerita sering diselipkan kata-kata, ”Semua ini milik Alloh... dan akan kembali ke Alloh. Yang Ikhlas”. Dengan pasrah saya ikuti jalan ceritanya yang berakhir dengan statement, ”Mbah Putri sedo lan wis disarek-e dino iki (baca: Nenek meninggal dunia dan sudah dikebumikan hari ini - red)”.

Dengan beberapa sinyal pada menit-menit awal, saya dapat memprediksi akan seperti apa akhir cerita dari pembicaran melalui telepon itu. Meskipun sudah saya persiapkan kemungkinan terjelek dari berita itu, toh ketika kalimat terakhir itu benar-benar terucap oleh Bapak, ”Mbah Putri sedo.....”, ternyata degup jantung ini mampu meruntuhkan pertahanan saya untuk menumpahkan air mata. Seolah jantung saya hanya menunggu konfirmasi bahwa apa yang saya prediksi diawal adalah benar adanya.

Kedekatan seorang nenek dan cucu yang sedemikian eratnya. Benteng pertahanan saya menjadi rapuh dan segera runtuh karena pada saat yang sama, memori saya langsung mengulas kembali rentetan peristiwa tentang kebersamaan dimana hanya kami berdua saja yang menjalaninya. Teringat dimana saya menemani nenek saya ke pasar untuk berjualan kerupuk mentah. Kami duduk berdua di pojok pasar tanpa alas, sambil berharap para pengunjung pasar yang lalu lalang untuk mampir menengok barang dagangan kami. 

Menengok saja sudah bersyukur, apalagi membeli. Seringkali kami pulang dengan dagangan yang tidak laku sama sekali. Ketika itu nenek sayapun sambil tersenyum masih menghibur, ”Sing sabar yo le ... mengko ono wektune dagangane laris (baca: Yang sabar ya cucuku...nanti ada waktunya jualannya laku laris).” Dan masa-masa itulah yang tergambar dengan jelas dalam ingatan saya ketika berita berpulangnya nenek ke Rahmatullah.

Pertengahan tahun 1996, sehari sebelum berangkat merantau ke benua lain, dengan duduk bersimpuh dihadapan nenek, saya katakan, ” Nenek, mohon doa restunya. Saya akan pergi jauh dan akan kembali dalam waktu dua tahun. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di antara tahun itu. Berjanjilah untuk menunggu saya. Tunggu saya”. Dan nenek saya sangat maklum dengan maksud kata-kata ”tunggu saya”. Maklum, usia beliau waktu itu yang sudah sepuh 80an tahun. 

Dua tahun kemudian, tahun 1998, nenek saya masih menepati janjinya untuk menunggu cucunya ini. Sementara saya, cucunya ini, alpa akan janjinya untuk PULANG sekedar menengok neneknya. Dan akhirnya dering telepon di tahun 1999 itulah yang membangunkan saya seolah nenek memberikan pesan dengan berkata, “Cucuku, nenek sudah menepati janji untuk menunggu kedatanganmu. Sekarang sudah waktunya nenek beristirahat kembali ke Alloh”. Kalau saja, saya pulang setelah selesai tugas di rantau selama dua tahun, tentunya saya masih berkesempatan untuk bertemu dengan nenek saya. Itulah harga dari sebuah penyesalan yang saya bawa seumur hidup ini.

Kalau sampeyan sekarang ini berada di tanah rantau seperti saya, dan kalau orang tua sampeyan masih ada, maka mulailah menata waktu yang tepat untuk duduk bersimpuh dihadapan beliau dengan memohon maaf atas segala kekhilafan dan berterima kasih atas doa restunya dalam suasana yang menyenangkan. Bertemu bersama dalam suasana yang sehat antara nenek, orang tua, paman, bibi, saudara, anak, keponakan, cucu, dan seterusnya. Sekali saja dalam seumur hidup. 

Lihatlah keriput kulit mereka. Lihatlah langkah mereka yang sudah tidak tegak lagi. Lihatlah pandang mata mereka yang mulai menerawang jauh. Tinggal berapa lama lagi mereka akan menemani kita? Apalah nikmatnya kedatangan kita dari rantau sebagai anak dengan satu deret gelar Prof, BSc, MSc, PhD plus deposito uang satu gebok di bank sementara ketika pulang yang kita jumpai orang tua kita tergolek lemas masuk ke ICU tanpa daya dengan selang infus yang masuk telinga atau bahkan menemui kain kafan dan peti jenasah?

Kalau kedua orang tua anda sudah tiada, penuhilah hak mereka dengan memanjatkan doa seperti yang sudah diajarkan oleh Rosulluloh. Bukankah itu juga yang kita harapkan kepada anak-anak kita kalau kita sudah meninggal dunia nanti? Akankah anak-anak mendoakan kita sebagai orang tuanya setelah kita meninggal dunia sementara kita sendiri tidak pernah memanjatkan doa untuk orang tua kita?

Kalau saat ini ada orang tua, adik, saudara, anak, teman dekat atau siapapun yang sedang sakit di kampung halaman nun jauh sana, maka semua media informasi baik itu berupa SMS, telephone, maupun email adalah alat pemacu yang sangat effisien untuk membuat jantung berdetak kencang. Coba bayangkan ditengah malam ada SMS dari keluarga yang sakit berisi, ”Telepon ke Indonesia secepatnya”. Tentunya macam-macam isi benak kita mengartikan isi SMS ini.

Kalau belum bisa pulang segera, paling tidak luangkanlah waktu seminggu sekali untuk menelpon orang tua kita meski hanya sekedar salam dan ”hallo”. Lha wong hanya 5 sampai 9 cent setiap menitnya. Mengapa baru menelepon ketika beliau sakit? Bukankah enak dan nikmat obralan kita ketika mereka semua dalam keadaan sehat wal-afiat? Uangkah yang mereka minta dari kita? Hadiah? Bukan. Mereka sudah tidak memerlukan itu semua. Yang mereka inginkan hanyalah perhatian dari anak dan cucu mereka.

Maka kalau saya sudah terlambat untuk nenek saya, haruskah saya terlambat untuk kedua orang tua saya? Sebelum waktu itu benar-benar tiba, sebelum telephone/SMS itu benar-benar berdering maka mohon aminkan doa saya kepada-Nya, “Ya Alloh… berikanlah kesempatan kepada hambamu ini untuk dapat bertemu dengan orang tua hamba dalam keadaan yang sehat. Hanya demi Engkau ya Alloh… untuk menunjukkan bahwa segala usaha mereka selama ini untuk anak-anaknya tidaklah sia-sia. Amin. (Prahoro Nurtjahyo, 13 Desember 2007)

Tuesday, November 27, 2007

Thanksgiving 2007

Liburan pendek 3 hari di penghujung bulan November 2007 akhirnya dapat juga terlaksanakan. Berjumlah total hampir 40 orang, telah memasuki babak cerita baru. Acara rutin tahunan kali ini dimeriahkan oleh 10 keluarga, dengan beberapa rangkaian acara yang pelaksanaannya bertempat di pesisir Pantai Selatan Texas. Masih untung ini bukan wilayah teritorialnya Nyi Roro Kidul (Si Ratu penguasa Pantai Selatan pulau Jawa itu).


This is the place where we stay
Memori dapat terbentuk melalui beberapa peristiwa. Kalau anda mempunyai level ingatan yang tok-cer, maka semua perjalanan hidup anda akan terekam dengan sendirinya. Dan tentunya, manusia jenis ini sangat langka. Apalagi dengan tingkat kemajuan teknologi saat ini, dimana telah memanjakan menusia dengan (tanpa sengaja) mematikan fungsi kerja otak yang sesungguhnya dalam hal mengingat atau memorizing.

Dengan dalih keterbatasan memorizing inilah, maka muncul media yang namanya foto atau video. Kalau anda mempunyai camera (baik yang 35mm atau yang digital) atau media perekam gambar yang lain, maka pada saat itulah kehendak anda muncul untuk mengabadikan kenangan perjalanan hidup anda. Iya apa iya?

Saya bukan anti pada teknologi foto atau gambar bergerak (video), karena saya tahu persis bukan pada bidang itu saya dituntut mengabadikan kenangan hidup ini. Saya lebih memilih media tulisan ini untuk mengikut sertakan kenangan terindah dengan keluarga (istri dan anak-anak) dan teman-teman dekat selama saya tinggal di kampung ini.

Then, the story begin with ………………………

Selama empat tahun terakhir, sejak kepindahan dari kampung sebelah ke kampung ini, setiap liburan Thanksgiving selalu kami habiskan dengan beberapa keluarga yang lain dengan cara keluar dari rutinitas kesibukan kerja di kantor maupun di rumah. Rencana liburan Thanksgiving 2007 sebenarnya sudah mulai disinggung secara formal di awal Oktober. Tujuan awal waktu itu adalah South Padre, daerah pesisir di Texas Selatan dekat daerah perbatasan dengan Meksiko.

Banyak option pilihan dan pertimbangan, sehingga akhirnya pilihan kami jatuh di Port Aransas. Announcement untuk warga kampung yang lain sudah di-release melalui blog. Tujuannnya tentu adalah semakin banyak keluarga yang ikut akan semakin ramai dan lebih mudah menentukan kegiatan untuk anak-anak, mengingat range usia anak-anak kita yang window-nya semakin lama semakin membesar. Sehingga memberikan celah bagi mereka untuk meloncat keluar kalau tidak segera dikendalikan dari awal dengan cara menciptakan lingkungan mereka sendiri :-).

Sampai dua hari sebelum hari H, sebanyak 10 keluarga telah confirm untuk turut berpartisipasi pada acara ini. Empat keluarga berangkat hari Rabu sore (11/21/2007), sedangkan sisanya berangkat hari Kamis Pagi (11/22/2007). Luar biasa, sungguh merupakan jumlah yang diluar perkiraan saya sebelumnya.

Beberapa kegiatan sudah dipersiapkan sebelum berangkat, namun demikian banyak juga kegiatan spontaneous yang muncul di lapangan. Berikut adalah cuplikan dari beberapa kegiatan yang terekam dalam memori saya. Tentunya banyak kegiatan lain yang terlepas dari pengamatan saya (misalnya Guess Who, Golf, Congklak, Renang, dan masih banyak lagi), untuk itu saya tidak berani mengikut sertakan dalam tulisan ini (takut salah berita tulisannya :-)). Dengan bantuan media gambar untuk melengkapi jalannya cerita, semoga kenangan ini akan selalu menjadi bagian dari kebersamaan kita selama tinggal di kampung ini.

1. Flag Football
Buku manual (lebih tepatnya selembar kertas kerpek-an) telah di bagikan kepada semua calon pemain pada hari Sabtu minggu sebelumnya. Apapun hasil pada pertandingan kemarin akan di-anulir (baca: dibatalkan) karena si Bintang lapangan line backer, Adrian Susanto, tidak ada di lapangan. Pertandingan akan diteruskan either di Houston atau Thanksgiving tahun depan. Susunan pemain dan strategi permainan akan dibicarakan di home base masing-masing.
2. Tarik Tambang
Meski sudah di-warning dari awal oleh pak Ahmad, ternyata mereka ini memang bandel dan masih banyak yang nekad juga. Malahan ada yang bilang, “Mumpung pak Ahmad belum datang”. :-) Bukan hanya anak-anak yang ikutan main, bahkan para ibu-ibupun ikut lomba tarik tambang ini. (to: Pak Ahmad, mereka ini memang kelompok ndableg … nanti kalau masih main lagi di-jewer kupingnya saja. Saya bantuin. :-))


3. Gobak Sodor
Nama permainan ini untuk masing-masing daerah akan berbeda. Apapun nama asli dari permainan tradisional ini, yang jelas bahasa kami sama dalam hal aturan cara memainkannya. Aturannya sederhana, yaitu satu team menyerang dan team yang lain menghadang. Definisi menyerang dalam permainan ini adalah berusaha masuk mulai dari garis depan sampai ke garis belakang kemudian kembali lagi ke garis depan tanpa tersentuh oleh team yang menghadang. Team penghadang hanya boleh bergerak pada garis, sementara team penyerang boleh dimana saja asalkan tidak keluar dari batas garis terluar. It’s fun.
4. Gaple
Tidak disangka, ternyata bang Zul mempunyai bakat terpendam untuk permainan Gaple ini. Sekali gebrak saja, langsung melejit tanpa perlawanan. Lain kali, hati-hati kalau ada yang menyimpan balak 6. Langsung minus 100, mabok dah! Sialnya lagi, aturan permainan berubah setiap saat. Lebih mabok lagi !

5. Berpacu Dalam Melodi (Arransement: Uda Arcandra Tahar, dengan panitia/juri: mbak Astri dan mas Khresna)
Team Bapak-Bapak dipimpin oleh Bapak Ahmad Fadillah, melawan Team Ibu-Ibu dibawah pimpinan Ibu Emma Fadillah. (Sementara Team ganda campuran dipimpin oleh Bang Zul :-)). Aturan tak tertulisnya: Yang kalah buka baju? Hore :-) Atau cabut bulu? Aduh :-(

Dengan sangat menyesal, meskipun sudah berusaha untuk mengalah, akhirnya tetap saja, team dari Bapak-Bapak memenangkan acara ini dengan score terakhir 1000 (untuk team Bapak-Bapak) melawan 900 (untuk team Ibu-Ibu). Ya... itulah garisnya... kalau memang diamond, mau dimana saja, kapan saja akan tetap diamond....he..he..he...(Mbak Enni nggak boleh komentar :-)).

Perlu diingat, bahwa sepanjang acara ini digelar, sangat sarat dengan intrik-intrik perpolitikan. Misalnya apa? Misalnya, upaya untuk menjegal konsentrasi perhatian Bapak-Bapak, para ibu dengan sengaja memasang gambar Victoria Secret pada bagian depan panggung acara. Seolah acara ini mendapat sponsor dari Victoria Secret. Namun demikian, dengan semangat yang tabah menghadapi segala cobaan, team Bapak-bapak dapat mengembalikan konsentrasinya untuk pantang mundur dari segala godaan setan yang terkutuk itu. :-) (Maklum saja... ibu-ibu tidak mengetahui bahwa godaan untuk bapak-bapak sudah lebih dari itu dan sudah sering dihadapi... apalagi ini cuman gambar saja... aah..cetek... :-)

Untuk pertandingan ”Berpacu Dalam Melodi” tahun depan, jangan lupa kata kunci: Penyanyinya adalah Yuni Shara, dan judul Lagunya adalah Gelas-Gelas Kaca. Apapun musiknya. Ini sudah jaminan dan terbukti, paling tidak dengan dua kata kunci ini sudah dapat mengantongi nilai 50 :-).

6. Lomba menyanyi keluarga
Tahun ini masih exhibition, karena panitia/juri-nya ngumpet ngerjain PR di kamar dan nggak keluar-keluar sampai jam 12 malam. Jadi lomba beneran-nya ditunda dan akan dilaksanakan kembali tahun depan.

Team duet yang sudah mencoba: Duet Keluarga Aries+Titi Susanto, Duet Keluarga Ahmad+Emma Fadillah, Kuartet keluarga Dudi+Rindri Rendusara dan Prahoro+Linna Nurtjahyo. Keluarga Panji+Enni Reko nggak maju ke panggung karena Attalah nggak mengijinkan (Ah alasan emak dan bokapnya saja). Keluarga Djoni+Kathleen Sidarta sedang mempersiapkan jurus barunya dan siap di-release untuk tahun depan. Keluarga Arcandra+Olin Tahar akan kembali latihan ke bukit berbunga sampai tahun depan. Keluarga Erwin+Dewi Putra tertolong oleh alasan sakit sinus, sehingga masih ada waktu satu tahun untuk mempersiapkan diri :-). Bagaimana dengan keluarga Irzam+Ima? Karena sakit perut, maka tahun depan tidak ada alasan lagi selain untuk tetap maju. Bang Zul dan mbak Wieke sudah keburu melarikan diri kembali ke Houston pada hari Jumat malam karena Gita dan Annisa nggak ada temannya (katanya). Tahun depan diajak saja Bang, biar banyak temannya :-).


7. BBQ Sate Ayam, Sate Kambing dan hhmmm tidak ketinggalan Sate Padang (Bapak Djoni dengan atraksi permainan sumpit mengambil arang/charcoal yang masih membara... kapan-kapan saya ikutan belajar cara menyumpitnya ... ya.. Djon?).

Banyak cerita di antara Bapak-Bapak selama membakar sate. Yang paling gress tanya ke Bang Zul tentang cerita orang yang baru pulang dari berlayar selama 10 tahun. ”Ah kau ini ada-ada saja, aku ni sudah menikah 30 tahun, gaya jalan tidak begini-begini (cara jalannya silahkan tanya ke bang Zul):-)
Urusan logistik adalah salah satu ciri khas event ini. Kalau pada umumnya, acara Thanksgiving selalu dipenuhi dengan hidangan Turkey, maka bagi kami menu thanksgiving adalah Bakso, Tek-Wan, Sambel Dendeng Balado, Ikan Asem Pade, Tahu campur Aceh, Ikan Asin, Tiga macam sate (Ayam, Kambing, dan Padang) dan masih seabreg makanan yang lain.

8. Mancing
Cuaca sangat dingin untuk ukuran manusia Indonesia. Apalagi anginnya sangat kencang (Begitu sampai rumah langsung minta kerokan). Dengan semangat bonek, team asuhan dari suhu yang bertapa di Woodland, hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit, team Aransas berhasil mendapatkan ikan. Tidak tanggung-tanggung, the Red Bull. Tidak sempat mengukur panjang dan berat, lha wong bertahan untuk survive dari udara dingin saja sudah susah lha kok harus mengukur segala :-). Makanya begitu mendapat satu ikan besar, tanpa ba-bi-bu langsung ngabur masuk kembali ke mobil dan back to hotel.

Sialnya, sisa umpan udang satu igloo tertinggal di mobil dan turut nginap seharian di dalam mobil. Begitu mobil dibuka, aromanya langsung menyebar dan mak pleng… kepala langsung kayak kesetrum karena bau udang yang membusuk. Coba anda bayangkan, selama 3 jam perjalanan balik ke kampung, mobil kami bau udang busuk. Saking sudah membaurnya, sudah tidak berbeda lagi antara udang busuk dan kentut. Lha kok tahu? Sudah tidak terhitung kentut berapa kali, yang jelas tidak ada penumpang lain yang complain :-). Sip dah... akhirnya ketemu juga metodanya. Lain kali kalau sedang bepergian dan perut sedang kembung, jangan lupa membawa juga udang busuk. Next step, tinggal disesuaikan saja iramanya. Pasti aman. Jaminan. :-)

9. Black Friday
Kalau yang ini, nggak usah di-cerita-in. Dimana saja, kapan saja meskipun ditengah hutan, selama sepanjang jalan yang dilewati terlihat ada Target, Wal-Mart, Best Buy atau yang lainnya, maka di-jaban-i juga meskipun harus berangkat pagi-pagi sekali. Masih untung tahun ini tidak ada yang sale mesin jahit lagi ya Bang Zul? 

Ada dua moment yang secara khusus kita tidak announce pada liburan kemarin: yaitu perayaan Anniversary ke-17 dari pasangan keluarga Mas Aries+Titi Susanto. Dan juga, perpisahan dengan salah satu keluarga kita, keluarga Mas Panji+Enni Reko yang akan kembali ke tanah air di akhir tahun ini. Sengaja tidak kami formalkan, biar kelihatan natural :-). Namun demikian, harapan kita semua adalah semoga kenangan pada acara Thanksgiving tahun 2007 menjadi salah satu bagian yang terindah dalam sejarah kehidupan keluarga anda berdua.

Terima kasih kepada Event Coordinator (RN, MR dan DH), Logistic Coordinator (LM, FT, dan TS), dan juga sie Acara (DA dan WK), sehingga pelaksanaan acara tahun ini dapat memberikan kenangan indah bagi kita semua. Bukan hanya orang tuanya, tetapi juga anak-anaknya. 

Terima kasih juga kepada semua keluarga yang telah berpartisipasi, semoga persilangan waktu dan tempat pada acara Thanksgiving kali ini di Port Aransas dapat mempererat tali persaudaraan di antara kita. 

Ditengah kesibukan dan waktu keluarga, Bang Zul dan mbak Wieke masih menyempatkan untuk turut menemani kami (seperti juga tahun sebelumnya di Matagorda), terima kasih kepada beliau berdua atas partisipasi aktifnya pada event ini.


Well, that’s the end of the story of this event…….

Next Thanksgiving will be November 20-22, 2008. Can’t Wait? Away too long? OK then, why don’t we make another event in the last week of December 2007? Event Coordinator, are you ready? Just be prepared. Tukang kompor will do his best once the announcement is finalized. Due to Global Warming, Houston may have snow this year. Lha wong namanya saja ramalan, boleh saja to meleset. Iya to? (Prahoro Nurtjahyo, Selasa 27 Nopember 2007)

Monday, November 12, 2007

Mau Ikutan Aah...!

Perlu saya ingatkan diawal bahwa tulisan ini bersifat provokatif. Jadi bersiap-siaplah untuk tidak berdebat :-). Karena semuanya sudah dipersiapkan dari awal oleh event coordinator (para panitia pencari tempat dan acara…he…he…he…), maka didebatpun akan tetap jalan terus. Lha wong bonek :-)

Berikut memori yang tercatat dalam kebersamaan kita dalam kurun tahun 2004-2007:

  • 2004 - Corpus Christi
  • 2005 – Hunt (album kenangan di-record oleh Pak Dudi)
  • 2006 – Matagorda (album kenangan di-record oleh Bang Zul)
  • 2007 – Port Aransas


Siapa yang ikut?


Sebelum saya "kompori", saya informasikan dulu yang sudah booking untuk ikut acara tahun ini.

Urutan berdasarkan jumlah keluarga terbanyak:

  1. Keluarga Prahoro (4 dewasa + 3 anak) = 7 orang - Katy
  2. Keluarga Erwin (3 dewasa + 2 anak) = 5 orang - Katy
  3. Keluarga Aries (2 dewasa + 3 anak) = 5 orang - Woodland
  4. Keluarga Achmad (2 dewasa + 3 anak) = 5 orang – Lake Jakson
  5. Keluarga Dudi (2 dewasa + 2 anak) = 4 orang - Sugarland
  6. Keluarga Arcandra (2 dewasa + 2 anak) = 4 orang - Katy
  7. Keluarga Irzam (2 dewasa + 1 anak) = 3 orang - Houston
  8. Keluarga Djoni (2 dewasa) = 2 orang - Houston

Total sementara yang akan ikut adalah 35 orang (Phew…. It’s going to be fun)

Coba anda bayangkan, kalau jumlah di atas ditambah dengan keluarga yang lain, sudah pasti akan meriah dan bener-bener relaxing dari rutinitas kerjaan sehari-hari. Mau ikutan? Kapan lagi? Liburan ini khan bukan monopoli dari bapak-bapak? Bukankah ini adalah jatah bagi anak-anak kita untuk dapat bermain dengan teman-teman yang lain di luar rumah? Bagaimana dengan jatah para Ibu? Paling tidak dengan moment ini para ibu sedikit terbebas dari rutinitas kegiatan segitiga SDK-ur (Sum... - Dap... - Kas…) :-)

Acara tahun 2007 ini?

Tentunya acara tahun ini akan lebih serem:

Untuk refreshing memori tahun 2006,

  • Pagi = Mancing seharian dan akhirnya dapat ikan segede Red Bull (mas Helmi got credit)
  • Sore = Footbal team A (Dudi, Helmi dan Bisma) versus team B (Arcandra, Erwin dan Prahoro). Score terakhir masih berimbang 21:21
  • Malam = BBQ ikan

Memori tahun 2005

  • Pagi = Canoing di creek. Kenangan buat mas Tecky karena Shayne sempat renang sebentar (baca: kecemplung) di creek.
  • Sore = Main Softball team A (Dudi, Bisma, Adi, Linna) versus team B (Rindri, Chinta, Rafif, Prahoro). Scorenya lupa :-)
  • Malam = BBQ sate

Nah ... tahun ini akan lebih seru lagi acaranya (mbak Ima dan mbak Astri sudah pengalaman kalau urusan membikin permainan untuk keluarga):

  1. Mancing. Harus cari tahu dulu pier terdekat. Mungkin Bang Zul sudah punya spot yang ok untuk daerah ini. Pak Ahmad, Mas Dudi, Bang Erwin, Mas Djoni, Mas Aries, Uda Arcandra, Uda Irzam jangan lupa peralatan mancingnya. Bagaimana Bang Zul? Masih ke arah Fulton?
  2. Tarik tambang? Balap Karung? (pembagian group akan diadakan di pantai)
  3. Flag Footbal – “The Final Revenge”. Karena Adrian akan ikutan, kayaknya harus cepetan yang mau draft pick untuk pilih Adrian dalam team member :-)
  4. Nyanyi sampai subuh... jadi jangan lupa membawa peralatan musik. Pak Arcandra? Pak Ahmad? Kalau perlu lirik catatan lagu diperbanyak… biar nggak ada alasan “Nggak hafal liriknya nih…
  5. BBQ sate kambing, sate ayam

Why is this worth it?

Beberapa point of interest:

  1. Memakai konsep…”Nikmatilah kebersamaan dalam keluarga selagi masih bisa. Kalau anak-anak sudah pada besar dan para sahabat/teman dekat sudah berpencaran, maka moment seperti ini hanya tertinggal dalam kenangan foto atau video saja”. Lha mumpung belum terjadi, why do not we enjoy while we are able to make it?
  2. Ada alokasi waktu yang cukup. Ideal-nya, kalau semuanya dapat bersama-sama dalam satu tempat dan waktu, maka bounding itu akan sangat terasa. Namun demikian, kita sadari bahwa masing-masing keluarga mempunyai constrain dan concern yang berbeda antara satu dengan yang lain. Untuk itu, melihat slot tempat dan waktu, kebebasan menentukan schedule dan tempat tergantung dari masing-masing keluarga. Sehingga masing-masing akan free tidak tergantung dengan yang lain. Kalau pingin datangnya telat… ya silahkan…. Kalau ingin pulang duluan ya silahkan juga. Lha wong mobil-mobilnya sendiri.. mau duluan atau telat emangnya ikut beliin bensin? :-)
  3. Bagi teman-teman yang akan ditugaskan di tempat yang baru, moment ini sangat bermanfaat untuk dapat dijadikan kenangan dengan harapan bahwa keakraban keluarga di Houston mampu memberikan feeling kepada kita bahwa Houston adalah our second home (first home=Indonesia?).


Supply appetite?

Bagaimana dengan menu? Wow jangan kuatir kalau urusan ini. Warga ini memang sudah well-known sebagai kelompok “Dewa Perut”. Para ibu sudah membentuk aliansi tentang rencana menu makanan dan kegiatan selama di sana. Namun demikian, agar informasinya match, silahkan menghubungi para Ibu supaya koordinasi lebih pas siapa membawa apa. Tugas saya hanya sebagai tukang kompor saja :-)

Where and When?

Untuk informasi penginapan, silahkan menelusuri alamat website ini:

http://www.portaransas-texas.com/
klik "Casa Condominium"

No telp: 866-408-9952
Klik "booking online", utk melihat availability-nya, Nov 21-24 (3 nights).

Silahkan reserve tempatnya yang sesuai dengan selera masing-masing keluarga. Kalau ada yang pingin sharing tempat juga silahkan saling berhubungan. Banyak option yang tersedia, diantaranya 2 kamar atau studio.

Other concerns?

Pada kenyataanya nanti (berdasarkan pengalaman tahun2 sebelumnya), tempat ngumpul semua keluarga hanya satu tempat (untuk makan bersama dan "gerumpi" bersama, plus nyanyi :-)). Jadi tempat yang lainnya, praktis beneran buat tempat tidur saja. Jangan lupa bagi yang punya Air Bed, agar dibawa. It’s really worth it.

Beberapa keluarga merencanakan berangkat hari Rabu, sementara ada juga yang berangkat hari Kamis. Sekali lagi, silahkan memilih yang sesuai dengan schedule masing-masing keluarga. Yang jelas, hari Minggu sudah istirahat kembali di Houston, Woodland Sugarland atau Lake Jackson.

Meng-adopt undangan manten (pernikahan) di Indonesia, maka sama juga motto kita bahwa “Tiada berkesan liburan ini tanpa kehadiran anda


Source:
Event Coordinator: RN, MR dan DH
“Dewa Perut” Coordinator: LM dan FT

Friday, October 19, 2007

Anak Saya Dan Clarinet

Anak sulung saya sangat gandrung (baca: tergila-gila) untuk dapat bermain salah satu peralatan musik. Gejolak inilah yang saya rasakan sebagai orang tua yang sedang terjadi pada darah anak muda usia belasan ini. Ketika pada awal tahun ajaran baru sekolah, semua siswa baru diberikan pilihan untuk kegiatan ekstra kurikuler, maka pada saat orientasi sekolah, anak sayapun dengan antusiasnya ikut antri dalam deretan panjang kelompok Marching Band sekolah. Entah apa latar belakang yang mendasarinya, yang jelas doi bersikeras untuk dapat masuk dalam kelompok Band.

Dari semula istri saya sudah
ngotot menentang keinginan anak saya ini. “Oalah le tholekok ya yang dipilih Band, mbok yao ikut yang konser saja.. khan ada pilihan Gitar atau Biola” (Red- Angger atau thole adalah sebutan untuk anak laki-laki di Jawa). Namun si anak tidak meng-gubris komentar emak-nya ini. Karena kedua pihak sama-sama tidak mau mengalah, akhirnya dicapai kompromi antara si emak dan si anak untuk memilih Saxophone sebagai alat musiknya. Dengan demikian, si anak masih kesampaian dengan keinginannya masuk Marching Band sekolah, sementara istri saya masih dapat berharap siapa tahu nanti anaknya dapat sehebat artis Saxophone pujaan-nya, Kenny G. Lha bagaimana posisi saya? Sebagai ayah, saya hanya manut saja, toh musik hanyalah selera dari indera pendengaran. Iya apa iya ?




Waktu pun berlalu dan akhirnya berhasil juga si angger saya ini masuk dalam group band sekolah. Hanya saja alat musik yang dimainkannya bukan Saxophone, melainkan Clarinet. Lho kok jadi Clarinet. Bagaimana dengan Saxophone-nya? Weleh weleh prek ... boro boro Saxophone... lha wong dalam test tiup (oleh gurunya), Saxophonenya nggak keluar suaranya. Pahit :-( . Alias nafasnya nggak kuat. Sudah keluar semua otot di bagian lehernya sebesar kacang, e.e ... Saxophone-nya nggak bergeming juga. Apa buntu ya? Jangan-jangan ada juga model Saxophone yang bisu :-) . Dicoba lebih ngotot lagi, nggak keluar juga. Ya sudah, mau diapain lagi? Daripada nanti yang keluar suaranya dari lubang yang lain. “Thuuuut”. Masih lumayan to, ada keinginan untuk berani mencoba, walau akhirnya harus pasrah dengan kenyataan. Akhirnya si guru memberikan alternatif piranti musik versi tiup yang lain yang katanya satu level dibawah Saxophone (duuh.. pintar juga guru ini menghibur :-) ). Maka sejak hari itu, jadilah anak saya berpasangan dengan Clarinet, salah satu peralatan musik Band yang suaranya sangat mengandalkan kekuatan “tiupan” pemainnya.

Pada awal minggu pertama keberadaan Clarinet di rumah, bukan hanya kepada adik-adiknya saja yang
dipameri, tetapi hampir kepada semua teman dan tamu yang datang ke rumah, selalu ditunjukinya dengan ”permainan” yang baru itu. Mulai dari cara merakitnya sampai meniupnya. Meski dengan tone yang masih banyak off key, dia dengan confidence-nya bilang. ”Begitu cara memainkannya”.


Suatu hari istri saya bertanya, ”
Musik macam apa sih itu ... tet tot tet tot?”. Saya hanya tersenyum sambil menjawab, ”Ya maklum... tingkatnya khan belum selevel Kenny G. Nanti lama-lama kuping kita akan adjust juga”.


Benar juga, akhirnya lama-lama kuping kami
adjust juga. Di rumah kami, sudah tidak karu-karuan suara yang keluar: ada teriakan, omelan, tangis suara adiknya yang paling bontot, dan musik yang fals, pokoknya semua tumplek bleg jadi satu, kayak urap-urap. Kalau anda bertamu ke rumah saya sekitar jam 10 malam, nah itulah klimaks jadwal anak saya bermain Clarinet. Tet…tettettottetnguing…… wis pokoke mengiris di hati dah :-) . Karena sudah menjadi bagian kehidupan keseharian di rumah, makanya kalau rumah kami sunyi, pasti ada yang missing :-) . Something is not right.


Tibalah saatnya untuk menguji ”kesaktian” dalam bermain musik.
Beberapa minggu yang lalu, kami mendapat undangan dari sekolah untuk menghadiri acara Band Performance, dimana anak saya ikut bermain di dalam group itu. Di antara ketar-ketir dan deg-degan, akhirnya kamipun datang memenuhi undangan itu. Acara pentas untuk kelompok dia dimulai pukul 7 malam teng. Semua hadirin duduk manis dan diam mengikuti lantunan musik dari sekumpulan band usia teenager ini (kecuali istri saya yang seperti biasa masih sibuk umek dengan tustel dan video cameranya).


Selama pertunjukan berlangsung, sungguh diluar perkiraan kami.
Ternyata sangat menakjubkan sekali suara musik yang dikeluarkan oleh kelompok band ini. Tidak ada bunyi off key yang sering kami dengar sewaktu latihan di rumah. Ramuan beberapa alat musik yang ditata dengan apik mampu mengalunkan musik yang membikin kita terlena dan tanpa sadar ikut menggerakan kaki atau kepala. Wuh edan … Ciamik tenan euy!


Kalau hasil performance ini adalah
pay off
dari suara yang kami dengar setiap malam, maka saya katakan kepada istri, “It’s ok. I know it is not the best deal, but I can live with that”. Pada akhir acara performance, dengan bangganya anak saya mengatakan, “Bagus khan … kalau sudah digabung dengan suara alat musik yang lain”. Kami semua mengangguk tanda amin dari statement dia itu. Indeed, I have no doubt about that, it is excellent.


Pada malam itu kami memulai tidur tidak seperti biasanya. Istri saya mas
ih sibuk melihat digital camera hasil jepretannya. Akhirnya dia mulai berkomentar, “Coba kalau dulu dia memilih Gitar atau Saxophone, nggak perlu alat musik lain kita semua masih bisa menikmati alunan musiknya. Lha sekarang ini, masak untuk tahu enaknya suara Clarinet harus digabung dulu dengan suara alat musik lain?” Masih dengan muka sebel dan ditambah manyun.


Saya jawab sekenanya
lha wong mata saya sudah berat untuk melek, ”Sudahlah. Masih untung dia memilih Clarinet, coba kalau dia memilih memainkan Drum, bisa jadi bukan hanya kita saja yang tidak bisa tidur, tetapi tetangga yang lain akan komplain. Memangnya sudah siap kalau setiap malam didatangi polisi atau 9-1-1?”. Kapokmu kapan :-) (Prahoro Nurtjahyo, Jumat, 19 Oktober 2007)

Thursday, September 20, 2007

Baju Saya Tanpa Warna

Saya berkesempatan berbincang-bincang dengan salah seorang teman yang kebetulan menjadi akrab karena secara kebetulan juga anak-anak kami sama-sama menjadi santri kecil pada salah satu pondok pesantren di kampung kami. Kata kebetulan perlu saya garis bawahi karena kalau pondok pengajian kecil ini tidak pernah ada, maka bisa jadi hubungan kami-pun tidak pernah ada. Paling-paling hanya sekedar “Hallo Mas-Mbak bagaimana khabarnya?” pada setiap kali berpapasan. Ungkapan salam yang jamak kita dengar dalam bahasa sehari-hari sebagai bentuk basa-basi budaya timur. Iya to ?

Untuk itu, sudah sepantasnya saya harus bersyukur dengan keberadaan pondok pesantren anak-anak kecil di kampung ini. Bagaimana tidak? Hubungan persaudaraan yang semula hanya berada pada level “Hallo…” sekarang sudah mulai berubah menjadi ”Mas... Long weekend ini mau ke mana? Ayo pergi mancing yuk!” 

Dan tentunya kalau hubungan ini terus berlanjut bukanlah hal yang tidak mungkin jika suatu saat nanti malah dapat di-pleset-kan dan muncul ungkapan yang jauh lebih berani seperti, “Wah... Gue lagi bokek nih… bisa ngutang kagak?” Wah kalau hubungannya sudah mencapai level seperti ini berarti sistemnya harus segera di-reboot ulang :-).

Monday, September 03, 2007

Preseason Starts Earlier

It should be on December each year, but that does not happen this year. On September 2nd, 2007, Nine families book total of 35 lunch seats at Country Inn Restaurant, Somerville, Texas. The "nines" came with "empty stomach" from the Woodlands (1), Sugar Land (2), Houston (2), Katy (3), and Austin (1).


Both are still smiling while waiting for their long order to come (closest). But others choose their waiting time with playing card (farthest).

These people just finished their lunch. That did not account the photographer(s) and the Harley Davidson.

You do not have a choice after "steak" party. Need to burn your calories after all. These team were fighting not only for their calories, but also their fat :-)


Don't get confused. This is not pose of some Cover Boy, it is just gang of drivers who need relaxing before going back home from the "Steak" party :-)



Meet with program directors (white team) and loyal supporter (green team)

Our next program will be fishing at beach on Thanksgiving Day (22-24 Nov 2007). Whoever interested in, please make a reservation to the program directors :-) We might rent condo beach houses so we can have "playing time" with the kids in the afternoon, Barbeque in the evening and fishing at the piers in the early morning. Can't wait ? Us too !