Saturday, November 23, 2019

Kebersamaan Kita (Yang Hilang?)

Ini satu dari sekian banyak video terbaik yang pernah ada. Kumpulan dari hasil Drone dan jepretan foto multi source yang di edit kembali oleh mas Irwan Dalimi. Video ini bercerita banyak tentang persahabatan, pertemanan, kekeluargaan dari komuniti kecil di kampung kami.

Saya sengaja angkat kembali setelah 6 tahun diunggah pertama kalinya di youtube, ini adalah kenangan terindah yang pernah ada antara saya dengan sampeyan semua di kampung kecil Katy. Tidak ada yang lebih indah dari kebersamaan kita. Video ini menjadi saksi bahwa kita pernah bersama di suatu masa.

-------------------------------------------------

Terkadang kita memang harus sering datang ke tempat tempat dimana dulu menyimpan kenangan. Bukan untuk mengingatkan kita akan sebuah perpisahan, tetapi untuk membuka album lama yang pernah membuat sampeyan dan saya saling membahagiakan.

Dari awal, saya tidak pernah tahu mengapa sampeyan dan saya dipertemukan. Mengapa harus dipertemukan tempat ini. Mengapa sampeyan dan saya berbagi kasih. Satu hal yang pasti ini, saya meyakininya bahwa pertemuan ini bukan sesuatu kebetulan. Yang Maha Kuasa mempunyai rencana untuk setiap makhluk-Nya. Iya to? 😉

Akan datang suatu masa, ketika jaraklah yang memisahkan kita. Dimensi ruang ini lah yang akhirnya men-dikte kita untuk bergerak di dalam radius kita masing masing. Apalagi, dengan ritme rutinitas keseharian yang semakin menggila, sebaris khabar lewat WA pun menjadi barang yang mahal, asing dan langka bagi sampeyan dan saya.

Kalau lah saya telat berkhabar, tidak berarti saya mengacuhkan sampeyan. Kalau lah saya tidak berkhabar beberapa waktu, tidak berarti saya melupakan sampeyan. Tidak. Sama sekali tidak.

Dalam sujud, saya selalu selipkan doa seperti yang dulu selalu kita panjatkan, semoga sampeyan dan saya semakin dewasa dalam menggapai cita cita kita yang belum kesampaian meskipun tanpa khabar. Karena khabar hanya seperti awan di langit. Ada dan tidaknya, langit masih saja tetap terlihat indah. Dan perasaan saya untuk sampeyan masih sama. Tidak pernah berubah. Bukankah perasaan ini juga buah ciptaanNya? Wallohulam (Prahoro Nurtjahyo, 24 Nov 2019)





Thursday, August 22, 2019

Segera Penuhi Hak Mereka

Jumat Baik.  

Kita sering bawel untuk hal hal yang sebenarnya menye-menye tetapi lupa bahwa di belakang itu semua ada pesan yang seharusnya segera dilakukan.  

Memang, sudah sepantasnya kalau posisi Hati-Mulut-Pikiran selalu tegak lurus ketika mata menemukan pemandangan yang ganjil. Mata kita dengan rajin mengirim pesan ke hati untuk bergerak dan berbuat sesuatu. Sialnya, ada saja yang membisiki kita ditengah jalan, sehingga pesan itu hilang entah kemana dan menjadikan hati kita tidak pernah terketuk bahkan untuk terbuka.  

Coba sampeyan perhatikan baik baik foto di bawah ini. Bisa jadi, beginilah orang tua kita dulu berjibaku untuk membiayai sekolah kita. Membawa dagangan untuk dijual, tanpa ada kepastian akan laku atau tidak. Panas dan lelah bukan pemandangan yang mereka tunjukkan ketika sampai di rumah. Senyum mereka selalu mengembang untuk memberi keyakinan kepada sampeyan dan saya bahwa besok masih ada yang bisa dimakan, bahwa tahun depan masih bisa sekolah lagi. 

Kalau masih saja tidak bersyukur akan nikmat yang ada saat ini, pasti sudah ada yang konslet di hati sampeyan dan saya. 

Hari ini Jumat. Hari baik. Segera-kan untuk memenuhi hak orang lain yang bisa jadi adalah kewajiban kita: sampeyan dan saya.

Saya sangat yakin Gusti Alloh tidak menciptakan sampeyan dan saya hadir di bumi ini untuk sekedar chatting jegigisan ribuan lines di WA group. Lebih dari itu, kemudahan teknologi komunikasi tentunya menuntut kita agar sampeyan dan saya lebih bermanfaat untuk orang lain di sekitar kita. Termasuk untuk Bapak yang ada di foto ini. Wallohulam. (Prahoro Nurtjahyo, Jumat Kliwon, 23 Agustus 2019).


Tuesday, August 20, 2019

Naik Kelas

Gegeran di luar sana sudah muncul. Sangat memprihatinkan. Sesama anak bangsa. Sesuatu yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Ini sakjane masalah komunikasi biasa. Hanya saja menjadi ruwet ketika pelajaran tepo seliro hanya sebatas gagasan belaka. Menjadi lebih runyam lagi ketika ternyata tidak semua orang bisa bekerja sama. Tidak semua orang legowo untuk mengakui kelemahan diri sendiri atau ikhlas menerima kelebihan orang lain.

Banyak yang ingin memperoleh hak istimewa tanpa mau peduli kenapa hak itu “harus” ada padanya. Hhhh khan... njaluk menang e dewe 😊

Melalui media ini, saya ingin mengajak sampeyan untuk naik kelas menjadi masyarakat yang lebih melek terhadap warna dan suasana hati yang ada di sekitar kita, tanpa berprasangka atau mencela. Kalau ada informasi yang tidak sreg, lebih baik segera dikonfirmasikan kevalidannya sehingga syak wasangka itu tiada.

Mari kita budayakan membaca dengan baik tanpa ikut-ikutan kebiasaan “copy and paste” dan sebar. Wallohuallam. (Prahoro Nurtjahyo, Selasa 20 Agustus 2019)


Thursday, August 15, 2019

Persatuan itu Mahal

Saya tersenyum ketika pertama kali saya melihat video di bawah ini. Senyum bangga dan bahagia tentunya.

Paling tidak, ada dua hal yang membuat bibir saya mesem. Pertama, karena lagu ini mampu menghilangkan sekat perbedaan dan justeru memunculkan rasa persatuan. Kedua, karena lagu ini justeru dinyanyikan oleh saudara kita yang di ujung sana, dekat perbatasan.

Setelah beberapa kali berkesempatan melihat dari dekat kehidupan saudara-saudara kita ini, betapa sincere tulus mereka dalam menjalani hidup dan tidak neko-neko. Sangat bertolak belakang dengan sampeyan dan saya.

Alangkah indahnya kehidupan kita jika satu dengan yang lain saling berbagi. Sebaliknya, serasa living in hell ketika satu dengan yang lain saling membenci, saling mencaci berebut untuk sesuatu yang tidak pasti.

Sebagai warga kampung yang komunitasnya lebih kecil, dan lebih homogen, sudah seharusnya dapat belajar dari apa yang ada di sekitar kita. Tidak ada yang lebih indah dalam bermasyarakat selain dari persatuan. Karenanya, Harga Persatuan Itu Sangat Mahal. Mari kita jaga. Wallohullam, (Prahoro Nurtjahyo, 15 Agustus 2019)


Friday, August 02, 2019

Merajut Kembali Mimpi

Sampeyan dan segala kenangan yang pernah kita jalani bersama, adalah alasan bagi saya untuk akhirnya kembali dan memilih tetap di kampung ini. Embel ahh? Tuenan.. suwerr 😁

Bukan pekerjaan yang gampang untuk melupakan sampeyan semua. Ada banyak mimpi yang masih sebatas tulisan dan angan-angan. Asal sampeyan tahu, sampai saat ini mimpi-mimpi itu masih saya perjuangkan. Masih saya pertahankan.

Namun demikian, saya juga sangat memahami bahwa sesuatu yang memaksakan diri untuk lepas, maka sudah dipastikan suatu saat akan lepas. Artinya? Seberapapun besar usaha kita, dia akan lepas juga. Ini berlaku juga untuk sampeyan dan saya.

Sebaliknya, kalau sampeyan dan saya sepakat untuk menjaganya agar selalu utuh, maka InshaAlloh akan selalu bersama-sama.

Tidak ada pilihan yang dapat membuat happy semua orang. Selalu saja ada Blind Spot yang menurut kita karena kita lupa tapi sering terbaca oleh orang lain sebagai alpa. (pelan pelan ya... bacanya yang di bold 😉). Salah baca, nanti artinya jadi menclek.

Untuk itu, jika sampeyan belum merasa nyaman dengan apa yang sudah berjalan selama ini, ada baiknya sampeyan sampaikan. Saya dengan tangan terbuka membuka diri untuk sampeyan. Mau lewat WA atau ketemu muka. Email? Ketoke email wis gak jaman 😂. Saya jabani selama itu untuk kemaslahatan bersama. Wallohualam (Prahoro Nurtjahyo, 2 Agustus 2019).

Tuesday, May 14, 2019

Sepertiga Ramadhan Lewat

Hukum dasarnya adalah semua baik. Karenanya, saya yakin, ketika Gusti Alloh menciptakan segala sesuatunya tentu untuk kebaikan kita semua. Apapun itu. Iya to?

Yang kita harus bersepakat adalah dari semua yang baik tadi, selalu saja ada yang terbaik. Semuanya hari baik. Apakah itu Senin, Jumat atau minggu. Tetapi selalu saja ada hari yang terbaik di antara hari hari itu. Demikian juga dengan bulan. Semua bulan diyakini adalah baik. Namun ada saja yang disepekati sebagai bulan terbaik. Dan saat ini, kita semua berada di bulan terbaik.

Sama seperti sampeyan, saya juga berharap output apapun yang keluar dari kegiatan di bulan ini semoga menjadi yang terbaik dalam kehidupan kita tercermin dalam persona dan performa  sehari-hari. Aamiin.

Gak kroso kok yo wis  sepertiga Ramadhan sudah lewat ya 😡.  Rutinitas yang dulu ketika kita masih kecil, kita lalui di bulan suci ini, perlahan mulai ada excuse untuk ditinggalkan dengan dalih ibadah sunnah atau alasan pembenaran lainnya.

Semua excuses ini tentu akan menggerus waktu rutinitas yang dulu pernah dijalani ketika masih kecil.

Masih tergambar jelas dalam ingatan ketika menunggu waktu buka puasa dengan menanti suara “blanggur” dari masjid Jami’ Alun-Alun. Malam nya berjalan sarungan dengan teman sebaya berangkat bawa oncor ke Masjid untuk sholat Isya’ lanjut dengan Tarawih.

Belum puas dengan itu, perjalanan pulang dari tarawih masih sempat nuthuki kenthongan sambil teriak “sahur... sahur... sahur...” padahal masih jam 9-10 malam. 😁

Sepertiga Ramadhan sudah berlalu, saya belum  menemukan nikmat seperti yang dulu pernah saya rasakan. Semoga rasa itu tidak hilang dari perut bumi ini, melainkan hanya “menunggu“ kita agar lebih berpasrah diri.

Saya harus akui, Ramadhan di tanah air ini godaannya banyak. Mulai dari hal teknis seperti makanan, minuman dan jam kerja kantor yang pendek, sampai dengan hal non-teknis seperti undangan bukber. Apapun excuses yang ada bukan alasan untuk tidak menjadikannya yang terbaik.

Tahun ini, mari kita jadikan puasa terbaik yang pernah kita jalani, nderes Quran terbaik yang pernah kita katamkan, sholat Tarawih terbaik yang pernah kita ikuti, sharing (baik material maupun non-material) terindah yang pernah kita lakukan.

Kalau belum? Ya... melalui jalan toll 88 iki, monggo kita tata kembali, mumpung masih ada dua-pertiga lagi. Ojo telat maneh 🙏. Wallohualam (Prahoro Nurtjahyo, 14 Mei 2019).

Wednesday, May 08, 2019

Jaman Berubah

Para cendekia bilang bahwa setiap generasi akan mempunyai tantangan sendiri. Apa saja yang dulu kita rasakan di tahun 70an dan 80an dimasa SD-SMA tidak sama dengan yang dirasakan oleh anak anak kita yang lahir di era pasca 2000an. Betul apa betul? Iya betul lah. 😊

Video dibawah ini sangat dalam makna nya. Jangan ajarkan kepada anak kita hasil yang kita mau, tetapi value yang seharusnya dipegang.

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Kita sepakat khan kalau ilmu Alloh itu tidak hanya tentang surga dan neraka. Iya to? Ilmu Alloh itu luas dan yang akan beruntung adalah mereka-mereka yang mau belajar dan menyiapkannya. Dan belajar, tidak ada batasan usia. Percaya itu. Wallohuallam. (Prahoro Nurtjahyo, 9 Mei 2019)


Sunday, April 07, 2019

Musik dan Sampeyan

Saya tidak tahu apakah sampeyan dan saya sama dalam hal musik. Ternyata rhythm dan nada musik lebih dominan bagi saya ketimbang liriknya. Saya menyukai lagu lebih dulu karena alunan nada, bukan karena liriknya.

Tidak heran kalau beberapa lagu dari Queen saya suka karena kekuatan magic di bagian melody awalnya. Demikian juga Air Supply yang belakangan baru saya sadar kalau ternyata liriknya “saru”. 😧 Lagunya Bon Jovi, 🎼 It’s my life 🎼 akan membuat kepala saya manggut manggut. Atau lagunya Nidji yang berjudul “Biarlah”, pasti akan membuat saya ikut berjingkrak-jingkrak meski di dalam mobil.

Saya percaya bahwa tidak semua musik harus ada lirik. Musik adalah bahasa hati. Munculnya karena hati, dan diperuntukan juga untuk hati.  Seperti halnya semua perasaan tidak harus dikeluarkan dengan kata kata. Iya to?

Saya menyukai arransement musik yang satu ini sudah sejak lama. Iya... musik-nya. Bukan liriknya karena memang tidak ada liriknya. Saya nggak tahu dengan sampeyan. Wallohuallam. (Prahoro Nurtjahyo, 7 April 2019).