Friday, March 09, 2018

P.A.M.I.T.

Malam itu, saya sebenarnya ingin sekali berlama-lama duduk berbagi cerita dengan sampeyan. Berbagi cerita apa saja. Bukan hanya mengulang cerita dan canda tawa masa lalu, tetapi juga bercerita bagaimana ikatan yang semestinya antara sampeyan dan saya di masa depan. 

Malam itu, saya sudah persiapkan segelas kopi kesukaan sampeyan dan sebungkus popcorn ukuran jumbo, khusus untuk mendengarkan semua uneg-uneg yang mungkin akan keluar dari mulut sampeyan. Sayangnya, semua rangkaian kata yang sudah saya persiapkan malam itu, tidak ada satupun yang terungkapkan. Tidak satu pun.

Malam itu, sampeyan mungkin tidak tahu. Apapun yang saya lakukan selama ini adalah upaya untuk tetap mempertahankan sampeyan. Kalaulah sampeyan merasa apa yang saya lakukan masih kurang, saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. 

Malam itu, saya mau sampaikan bahwa saya tidak pernah bermain-main tentang rasa ini. Bahwa rasa ini, memang tulus untuk sampeyan. Ini journey ke Ilahi yang perlu endurance yang memerlukan pengertian.

Malam itu, kalau sampeyan masih merasa perasaan ini worth it untuk kita perjuangkan, maka kita harus sepakat dengan bahasa apa kita harus berkomunikasi. Tanpa komunikasi, sampeyan dan saya tidak akan pernah saling memahami. Dan tampaknya kita tidak ber sepakat untuk itu.

Malam itu, saya sebenarnya ingin berpamitan secara proper. Kenapa? Karena saya sudah tidak tahu lagi ke mana saya harus pulang. 😔Dan, Saya tidak tahu dengan cara apa saya harus sampaikan pamitan ini. Lha wong susah menghubunginya. Iya to? 

Akhirnya, pagi ini saya tuliskan ini untuk sampeyan. Saya pamit. ✈