Tuesday, July 14, 2009

Robohnya Kampung Kami

Kalau sampeyan sedikit mempunyai waktu, saya sarankan membaca cerpen-nya A.A. Navis yang berjudul “Robohnya Surau Kami”. Kebetulan beberapa waktu lalu, saya sempat berkeliling di toko buku ujung kampung untuk mencari novel-novel lama karya sastrawan besar Indonesia. Tanpa saya duga, akhirnya berjodohlah saya dengan buku itu.

Berbeda dengan trilogy novel-nya Romo Mangunwijaya “Roro Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri” yang setebal textbook mahasiswa Kedokteran tingkat satu, kumpulan cerpen karya Uda Navis ini relative cukup tipis dan cukup sekali gebrak 1 jam akan selesai. Tergantung tingkat kecepatan sampeyan dalam “membaca”.

Robohnya Surau Kami diangkat dengan mengambil setting tempat di tanah Minang, Sumatra Barat. Bercerita tentang dua macam kharakter manusia dalam mengimplementasikan arti ibadah sebagai bagian dari pendekatan manusia kepada RobNya, Sang Pencipta. Yang satu memakai madzab Leterleg (apa yang tersurat), sementara yang lain madzab hakekat (apa yang tersirat). Alur ceritanya mencapai titik klimaks ketika salah satunya meng-claim dirinya yang lebih benar ketimbang yang lain.