Tuesday, April 28, 2015

Menegakkan Benang Basah?

Sebuah organisasi atau perkumpulan apapun namanya, style manajemen sangat dipengaruhi oleh para individu yang memegang kendalinya.  Begitulah kira-kira yang saya rasakan ketika saya “menambang rupiah” di PT. IPTN (sekarang PT.DI) Bandung.  Di dalam organisasi itu, muncul perkumpulan lulusan Jerman, Inggris, Perancis, Belanda, US, Australia, dan lain-lain. Yang sudah barang tentu membuat "jarak" tanpa disengaja antar satu dengan yang lain.  Belum lagi ditambah perkumpulan lulusan dari universitas lokal.  


Kelompok eksklusif ini terus berkembang biak, tidak hanya dalam konteks kangen-kangenan sesama alumni, tetapi juga merembet ke project.  Ketika yang menjadi pimpro sebuah project adalah lulusan Jerman, maka semua yang lulusan Jerman, tanpa diundang, mendukung.  Yang lain? karena merasa tidak satu almamater terus minggir dan malah beralih tugas mengkritik hasil kerjaan tim Jerman ini. Modar kowe? He…he….he…

Lumrah-kah? Saya jawab iya. Trend seperti ini tidak hanya ada di negara kita, tetapi sudah jamak hampir ke se-antero dunia.

Wajar-kah? Saya jawab belum tentu wajar. Mengapa? Karena pola berpikir yang seperti ini kalau dipelihara terus menerus akan menjadi biang kerok dari sumber penyakit chronic yang namanya fanatisme.

Jadi, kalau dulu jaman Orde Baru sumber perpecahan bangsa itu dibagi dalam kategori SARA (Suku, Agama dan Ras), maka perkumpulan-perkumpulan seperti ini juga akan bermuara ke hal yang sama laten-nya dengan SARA jika pijakan berpikirnya sudah salah kaprah. Saya tidak allergy dengan perkumpulan-perkumpulan seperti ini, hanya harus hati-hati dalam mensikapinya kalau tidak ingin muncul kelompok gangster baru.


Di jaman Millennium yang semuanya serba virtual seperti sekarang ini, kalau masih saja ada makhluk manusia yang masih berpikir seperti yang saya tuliskan di atas, maka itulah titik anti-klimaks alias kemunduran sebuah peradaban manusia.

Teamwork tidak akan selesai dibentuk dalam waktu satu malam saja. Teamwork tidak akan robust jika yang bekerja hanya orang-orang itu saja. Lama-lama akan exhausted juga. Iya khan? Teamwork akan tidak berfungsi jika tidak mampu mengakomidir critic. Teamwork tidak akan muncul hanya dalam satu atau dua kali pertemuan saja. Teamwork adalah buah dari persilangan pendapat dan argumentasi yang cukup melelahkan hanya untuk mengenal satu orang dengan orang yang lain. Apalagi? Mikir o dewe...isih akeh 

Kalau memang tujuan akhirnya adalah sustainability dari sebuah system, maka commitment dan consistent adalah keyword-nya. Itu harga mati yang sampeyan harus patok dan jangan ditawar-tawar lagi. Kalau memang berlian yang ingin sampeyan jual, maka jual-lah dengan confidence level yang tinggi. Jangan sampai, tidak sebanding antara nawaitu yang sudah sampeyan ucapkan, dengan level tindakan yang sampeyan kerjakan.  Selebihnya berdoalah semoga ekspektasi dengan kenyataan tidak terlalu banyak perbedaanya. Iya to?

Trade mark (baik untuk perorangan maupun organisasi) selalu di-identik-kan dengan keputusan-keputusan nyentrik yang bagi kalangan umum terlihat nyleneh. Padahal justeru disitulah essensi dari permasalahan yang sebenarnya. Jadi, kalau sampeyan memegang kendali organisasi, jangan takut untuk membuat keputusan yang "tidak popular" sehingga akan menjadi polemic dan dimusuhi oleh Public. Itu biasa dan jamak dalam berorganisasi. Itulah yang akan membedakan apakah sampeyan masuk dalam kategori Berlian atau hanya sekedar Batu Akik. Iya to? :-)

Untuk ke depannya, saya sarankan untuk klik ke youtube dan cari gaya bermainnya Muhammad Ali ketika bertinju. Silahkan dipelajari gaya bertarungnya yang cantik, dan cara mengatur nafas supaya tidak kehabisan energy dalam ber-manuever. Sampeyan memerlukan itu untuk bertarung di level yang menjanjikan satisfaction. Kalau sampeyan tidak peka, it will be too late to realize that your time is up and get nothing. Sorry :-(

Yang harus sampeyan ingat, ketika sudah di atas panggung, sampeyan akan sendirian dan ditonton oleh orang banyak. Jadi, ketika permainan sampeyan cantik, yang lain pasti akan bersorak. Sebaliknya ketika permainan sampeyan jelek, maka jangan heran kalau nanti akan ada botol yang melayang. Botol itu, saya pastikan bukan dari saya, karena yang barusan saya lempar adalah kursi... he... he... he... . Wallohuallam. (Prahoro Nurtjahyo, Selasa Malam, 28 April 2015)

No comments: