Kalau pengertian sampeyan tentang jatuh cinta sama rasanya dengan setiap malam selalu terbayang-bayang merindukan si doi; kalau tidak ketemu seminggu rasanya seperti satu tahun; berdebar dada ini setiap kali bertatapan dengan si jantung hati. Kalau itu yang namanya jatuh cinta, maka seperti halnya sampeyan semua, saya pun pernah jatuh cinta. Ya… iya dong…
Jatuh cinta ala anak muda. Jatuh cinta dalam konteks sebagai seorang laki-laki yang terbuai oleh keindahan “surga” duniawi yang hanya dimiliki oleh seorang wanita, mulai dari ujung jempol kaki, lekuk tubuh, wajah sumringah, suara lembut (kategori saya tentunya…), sampai dengan cerocos mulut kalau sempat bolos apel malam minggu. Ampun… dah….
Seperti halnya lirik sebuah lagu, saya pun pernah mabuk akan cinta. Bermula hanya biasa-biasa saja, katanya. Tetapi kekuatan magnet itu memang luar biasa besarnya sehingga mampu menarik saya dari pusaran tempat dan waktu dimana biasanya saya berada. Entah karena siasat setan atau malaikat yang menjalankan titah dari-Nya, frekuensi pertemuan saya dengan si doi menjadi berkala dan rutin jadwalnya.
Tidak ada riak gelombang pasang laut yang mampu ditahan oleh kuatnya tanggul manapun juga jikalau ombak itu datang dengan tebaran goda. Pesona setan manapun akan tertawa gembira jika saya belingsatan tak kuat menahan rengekan-nya.
Karena keyakinan akan kelemahan sifat manusia yang satu ini, akhirnya saya mengakhiri masa lajang saya pada usia 24 tahun. Usia yang menurut ukuran jaman edan sekarang ini masih terlalu muda untuk berumah tangga. Aahh peduli setan dengan suara orang lain. Dengan semangat “maju tak gentar”, segala peralatan senjata berupa keris, bambu runcing dan tombak yang selama ini hanya saya simpan dengan rapi, akhirnya saya keluarkan semua dan saya harus berkewajiban mengasahnya 3 kali setiap hari. Kayak minum obat saja. Asyik… Muanntap pisan.
Naluri sebagai manusia yang lemah telah menuntun saya pada keputusan untuk married, tanpa ada urun rembug dari sahabat atau sesepuh keluarga. Keputusan yang lebih berpihak kepada pemuasan batin ketimbang pikiran logika manusia kebanyakan. Berangkat dari nol kecil, kemudian merangkak ke nol besar, naik tangga kelas satu… dan seterusnya, demikian pula saya membawa istri saya mengarungi dunia realita ini. Hanya berbekal bacaan Bismillah ketika berangkat ke kantor dan sebaris kata Alhamdulillah ketika pulang kantor, kami melewati masa-masa indah sebagai pengantin muda di Bandung selama dua tahun. Bermula di kawasan Babakan Jeruk (di jalan Pasteur), kemudian pindah di Terusan Purabaya (di jl. Padjadjaran) sebelum akhirnya terdampar di pinggiran barat kampung ini.
Hari ini, sudah 15 tahun saya lakoni kehidupan keluarga bersama istri. Alhamdulillah. Tidak terbilang jumlah rintangan yang sudah kami lompati. Apalagi dengan kehadiran tiga kurcaci (laki-laki-14 tahun, perempuan-11 tahun dan laki-laki-7 tahun) yang turut menambah ruwet-nya keluarga ini, sudah barang tentu membawa tantangan tersendiri buat kami untuk mensikapinya.
Dalam rentang waktu yang tidak pendek ini, saya sering bertanya sendiri, kemana kiranya debaran jantung yang dulu pernah ada? Kemana perginya lekuk tubuh yang dulu aduhai, yang mana sekarang justeru kelihatan gempal montok karena tak ada bedanya lagi mana pinggang - mana pantat? Suara genit nan lembut yang dulu menggoda di telinga sekarang lebih mirip seperti omelan emak-emak di pasar.
Kemana perginya setan gundul yang dulu menebarkan pesona hawa nafsu birahi? Bersedih-kah mereka karena seorang hamba telah menjalankan perintah-Nya? Tidak adakah perintah dari-Nya kepada para malaikat untuk sekedar meniupkan “debaran jantung” kepada sepasang manusia berbeda jenis yang sudah 15 tahun menikah dan dikarunia tiga anak?
Saya tidak tahu kemana lagi debaran jantung itu saat ini berada. Satu hal yang saya tahu pasti, telah muncul debaran baru pada jantung saya ini dengan detak debaran yang berbeda. Debaran yang mengisyaratkan ketakutan akan kehilangan sang istri. Jujur harus saya katakan, bahwa ketergantungan saya kepada istri sangat dalam selama 15 tahun ini.
Debaran takut kehilangan! Inikah true love yang sesungguhnya? Atau jangan-jangan malahan sebaliknya, inikah kutukan dari-Nya kepada hambanya yang telah mengumbar nafsunya atas nama cinta seenak-udelnya?
Kala sang surya sudah lama bergerak dari timur menuju route kesehariannya, maka saya pun menata kembali apa yang harus saya persiapkan untuk menyambutnya kembali esok pagi. Malam ini, sebelum saya kirimkan tulisan ini di blog, saya pandangi istri saya yang sudah pulas tidurnya. Sebelum waktunya terlambat, harinya berganti, saya ingin mengatakan: my beloved wife, Linna Mayangsari: Happy 15th Anniversary!
15 comments:
Happy 15th Anniversary......
Selamat Cak, Insyaallah tetap menjadi keluarga yang Sakinah, menjadi panutan untuk keluarga.
Ada jokenya nih,
waktu pacaran : pacar (calon istri)jalan di depan dan calon suami jalan di belakang, masih malu2
baru menikah : jalan beriringan, bergandengan tangan, mesra
setelah punya anak : suami jalan di depan dengan cepat, istri mengendong dan menuntun anak dibelakang mengejar langkah suami.
15 tahun bisa terasa lama dan bisa juga cepat dan tidak terasa, tau2 eeh sudah sebegitu jauh ya.... (delok maneh siap2 mantu, he he)
wes ah, (yang gak sadar ternyata sudah 16tahun hidup bersama)
singgih
Suwun mas Singgih doane. Memang nggak usah di-rasak-ne. Tahu-tahu nanti sudah sampai kawin perak.
Prahoro,
Selamat ya. Barusan aja saya ngobrol sama Rindri kalau kita sudah hampir 13 tahun.
Sincerely,
Dudi Rendusara
Terima kasih mas,
Time goes so fast... mudah-mudahan rukun dan awet selalu untuk mas Dudi dan mbak Rindri.
Wassalam,
Prahoro-
Prahoro, gambarmu di blog kok pake klambi Technip (ketok sekilas)??? apa nyangkul di Technip Houston??? akeh proyek kah??
trisno
89/10167
Selamat... Baru 15 tahun, masih panjang perjalanan kedepan, mungkin dgn tambahan beberapa kurcaci lagi...:-) Semoga keluarga semakin sakinah, mawaddah wa rahmah... Ternyata ada bakat romantis juga ya...haha...
Hafiedz? Thank you for your comment.
Salam buat Nourma, Rayyan dan adik-nya. Kalau mau tambahan pasukan kurcaci, antum saja dah..... Saya sudah tiga....
Selamat ya...
Begitu apiknya kamu merangkai kata.
Tahukah dirimu saat aku dan suami inget saat HUT pernikahan kami? Pagi itu komentar kami "Wah ndak terasa ya sudah 15 tahun...dah ah ayo cepetean keburu macet jalannya!" hehehehe....
Ha...ha....ha... Jakarta memang lebih kejam dari ibu tiri....
Pak Prahoro, Lina dan anak2 yang pandai, soleh dan solehah: Bisma, Chinta dan Deva,
We're happy for you all!
Selamat atas ulang tahun perkawinan yang ke lima belas....
Insya Allah senantiasa diberkahi kesehatan, kebahagiaan dan rejeki yang tak terhingga.
Terima kasih telah menjadi teman bagi kami sekeluarga, Joe, Ponty, Trisha dan Tiffany.
The Edwards'
Happy Anniversary my dearest brother! 15 tahun! Wonderful! 15 tahunku akan datang tgl 23 Juni ini.
Sekali lagi kami turut berbahagia.
salam sayang dari kami, Vitous.
mbakyu di NH
Suwun Mbak.
Kapan sidone nang Houston?
Thank you mbak Ponty (The Edwards' Gank).
Saya amini doanya. Semoga selalu memperoleh nikmat rohmah dari Alloh SWT. Amin.
Dear Mas Prahoro 'Gendut' Nurtjahyo,
Assalamualaikum.
Sudah lama banget nggak kabar-kabaran. Malah semenjak di SMA I Kediri sudah nggak pernah ketemuan 'ngobrol bareng lagi'. Mudah2an masih inget teman belajar dan bersaing di kelas(SD-SMP-SMA).
Syukur bisa ketemu di sini, apa kabar, salam buat keluarga ya ...
Btw, sejak 2005 lalu, Aku bangun jaringan informasi (media)di sektor kesehatan (industri farmasi, rumah sakit plus asuransi kesehatan)di Jakarta. Saat ini respons dari dunia kesehatan dari Gov., NGO., Pebisnis dan hampir semua yang terlibat di lingkup sektor ini. Siapa tahu dari sampeyan bisa kasih pendapat juga ttg situasi + kemajuan di lingkungan sampeyan berada, untuk perbandingan yang nantinya sebagai masukan ke regulator.
Aku tunggu response-nya via pharma.community@gmail.com. Ada sedikit info/gambaran tentang persoalan kesehatan di tanah air.
Wassalam.
Regards Erwin E Ananto.
Thanks ya, http://pharmacommunity.blogspot.com
Alaikum salam mas Erwin,
Piye khabare... wis suwe banget gak kontak.
Insha Alloh... nanti tak terusne lewat email.
Salam kanggo keluarga. Bapak/Ibu + 2 adik perempuannya, sopo asmane aku lali (wis suwe banget je... gak kroso mungkin wis nyedaki 30 tahun...)
Post a Comment