Friday, July 28, 2006

Dalam Tidur Kita


Minggu pertama bulan Juli 2006, saya menyempatkan ngobrol cukup lama dengan sesepuh kota kami, yang karena masa tugas dan memang sudah masuk usia pensiun, beliau akan pulang balik ke kampung halaman. Satu hal yang membuat saya merenung berhari-hari akibat obrolan itu adalah tentang usia manusia. Kalaulah usia manusia diukur berdasarkan aktifitas keseharian, maka usia manusia adalah hanya sebatas waktu ketika manusia itu tidak tidur. Artinya apa? Artinya kalau usia kita 60 tahun, dan jika selama 60 tahun itu, 12 jam digunakan waktunya untuk tidur, maka hidup kita yang sebenarnya hanyalah 30 tahun. Bagaimana dengan 30 tahun sisanya? Itulah yang saya namakan dengan kehidupan semu, dimana ketika tidur, kita hanya take things as they come. Kalau dalam bahasa Jawa istilahnya pasrah bongkokan. :-)

Tidur adalah suatu proses alamiah dimana organ tubuh kita mengirim SMS berupa signal melalui darah ke otak yang isinya, “Mr. Otak, Peredaran darah sudah mulai saturated nih.” Oleh si otak, SMS dari darah ini diresponse, ”Ok… it is time to take a rest”. Pada saat itulah, satu per satu pekerja yang ada ditubuh kita mulai pulang, dan mesin-mesin mulai berhenti bekerja yang akhirnya menutup kelopak mata kita sehingga tertidurlah kita.

Untuk kondisi manusia normal, seluruh aktifivitas kita berhenti kecuali detak jantung saja, dimana khusus untuk organ yang satu ini, kita hanya bisa titipkan ke Yang Maha Kuasa. Mengapa? Karena ketika kita terlelap hanya Dia-lah yang berkehendak dan menjaga tidur kita. Akankah kita nanti terbangun dari tidur untuk meneruskan episode hidup berikutnya atau malahan sebaliknya, tidur kita kebablasan dan tidak bangun-bangun lagi, semuanya itu diluar kehendak manusia.

Satu-satunya aktivitas yang mungkin ada selama kita tidur adalah mimpi. Sejuta orang kepala yang pernah bermimpi maka ada sejuta orang pula yang berbeda mengartikan sebuah mimpi. Maka bersiap-siaplah anda kalau sudah bermimpi. 


Dalam klenik Jawa, mimpi selalu dikaitkan sebagai perlambang sesuatu yang akan terjadi. Misalnya, ketika seorang bermimpi mandi, maka orang-orang tua dahulu selalu berpesan “Hati-hati lho… Itu pertanda akan sakit”. Bukan hanya itu saja, orang yang bermimpi menggendong bayi di-identikan sebagai tanda akan memperoleh rejeki. Ada yang lebih ekstreem lagi, seorang lajang bermimpi naik kepelaminan itu pertanda akan datang kematian. Ada lagi yang sering kita dengar, mimpi di gigit ular artinya yang bersangkutan dekat dengan jodohnya. Masih banyak lagi contoh hubungan antara mimpi dengan prediksi. Disadari atau tidak, inilah potret kehidupan masyarakat kita yang masih dipenuhi dengan kepercayaan spiritual dalam kehidupan sehari-harinya.

Mimpi adalah product yang didrop dimana manusia hanya bisa menerimanya tanpa kuasa untuk order sebelumnya. Bersyukurlah kita manusia karena mimpi ini datangnya tiba-tiba tanpa ada pengumuman yang mengawalinya. Tentu hidup ini semakin amburadul kalau mimpi itu bisa dipesan datangnya. Coba sampeyan bayangkan, seandainya dalam otak kita terdapat mesin untuk memesan mimpi. Sudah barang tentu kita manusia menjadi sibuk setiap malam sebelum tidur. 


Kita sibuk untuk tekan tombol click pada mesin mimpi itu yang kemungkinan salah satu pesannya berisi, ”Hi…Mesin mimpi, dalam mimpi nanti, Saya ingin bertemu dengan mbak Sophia Latjuba”. 

Kemudian mesin dalam otak kita mengirim berita konfirmasi ke kita “OK, Your mimpi has been arranged”. 

Masih belum selesai, si mesin mimpi masih menanyakan lagi, ”Berapa lama waktu yang anda perlukan dalam mimpi ini?”. Tentu jawabannya akan tergantung dari masing-masing orang. Dari banyak kemungkinan jawaban, saya berkeyakinan, ada yang akan menjawab sebagai berikut,” Wow…dengan Sophia Latjuba?… ok mesin mimpi, kalau begitu ..jangan bangunkan saya dari tidur”. :-)

Berbicara tentang mimpi, ada cerita menarik dibawah untuk disimak. Saya ubah setting cerita dan bahasa dari original sumbernya. Silahkan menikmati.

Ada pasangan keluarga muda yang mempunyai anak satu laki-laki berusia 5 tahun. Pasangan muda ini termasuk pasangan karir dimana suami dan istri sama-sama bekerja. Dalam istilah perekonomian keluarga dikenal dengan double income.

Suatu hari, si anak kecil ini tiba-tiba saja menangis ditengah malam. Ayahnya yang tidur di kamar sebelahnya terbangun kaget. Didatangi anaknya ini, “Kenapa nak?” tanya ayahnya. Oleh anak itu dijawab, “Saya bermimpi kakek meninggal”. Ayahnya berkata, ”Itu hanya mimpi, ayo tidur lagi”.

Besok paginya si ayah memperoleh interlokal yang mengkhabarkan bahwa mertuanya laki-laki meninggal dunia karena tertabrak mobil.

Selang seminggu, si anak bangun dari tidur sambil menangis lagi. Si ayah datang lagi ke kamar tidur si anak, “Ada apa, nak?” Masih sambil menangis si anak bilang, ”Saya bermimpi nenek meninggal dunia”. Si ayahnya menjawab, ”Itu khan hanya mimpi, sudah jangan dipikirkan, ayo tidur lagi, diluar masih malam”.

Keesokan harinya, mendapat interlokal bahwa neneknya meninggal dunia karena stress ditinggal kakek.

Hanya berselang tiga hari, si anak bangun lagi dari tidur dan menangis lebih kencang lagi dari yang sebelumnya. Si ayah yang masih capek mendatangi kamar tidur anaknya, ”Ada apa lagi ini Nak?”. Si anak menjawab, ”Saya mimpi ayah saya meninggal”. Si ayah menjawab, ”Sudahlah nak… itu namanya mimpi, bunga tidur. Ayo tidur lagi”

Setelah si anak tidur, si ayah kembali ke tempat tidurnya. Ternyata si ayah ini keder juga dan tidak bisa tidur. Matanya masih kelap-kelip, melirik ke kiri ke kanan, mulutnya nyengir ketakutan, ”Weleh…jangan-jangan benar kata anak saya ini. Jangan-jangan ini hari terakhir saya”. Dengan berselimut kain yang tebal, si ayah menjadi ketakutan sendiri dan berjaga kalau-kalau si malaikat pencabut nyawanya datang.

Esok paginya, si ayah bangunnya terlambat karena kecapaian tidak bisa tidur semalaman. Ketika bangun didapati tubuhnya masih segar. “…tuh khan… saya bilang hanya mimpi”. Habis itu si ayah keluar kamar dan didapati istrinya yang bekerja sebagai sekretaris masih berada dirumah dan menangis terisak-isak. Di tanya oleh si ayah, “Sayang, kok nggak kerja. Kenapa kamu menangis?”. Masih dengan sesenggukan si Istri menjawab, ”Barusan dapat telpon dari kantor, kalau Boss di kantor meninggal dunia karena mobilnya tertabrak truck”.


(Terima kasih buat Pak Masyhur Alaydrus atas dukungan morilnya selama ini, selamat jalan dan menikmati masa pensiun. Prahoro Nurtjahyo, 28 Juli 2006).

1 comment:

Anonymous said...

Ha..ha.. ha... yang ini topiknya agak riang. Saya sudah pernah baca cerita penutupnya, tapi tetap saja ketawa....
Thanks cak Nur.... more...more....