Sejak jaman Nabi Adam sampai sekarang, munculnya teknologi selalu dibarengi dengan perubahan dalam peradaban manusia. Sebagai contoh, penemuan lampu oleh Thomas Edison merupakan gejolak besar-besaran dalam era industri. Ya paling tidak di kampung saya, sejak lampu dan listrik masuk desa, banyak para orang-tua yang melekan atau jagongan sambil mendengarkan siaran wayang kulit dari Radio RRI. Sebelumnya, jam 9 malam sudah pada tidur angkrem di rumah masing-masing. Makanya tidak heran, kalau orang-orang dulu, anaknya pada banyak...he...he..he. :-)
Peran user (pemakai teknologi) sangat menentukan seberapa jauh lompatan teknologi itu sendiri. Demand yang tinggi akan berkaitan dengan nilai ekonomi pasarnya. Dan kalau teknologi itu dikemas tidak saja secara ergonomic, tetapi juga secara human-omic (alam bawah sadar manusia merasa dimanjakan oleh kemudahan teknologi itu) maka potensi untuk terus berkembangnya menjadi sesuatu yang tidak dapat dibendung lagi seperti air bah yang datang dari tanggul yang jebol. Make sense khan?
Salah satu contoh perkembangan tekonologi yang pesat adalah dunia cyber. Internet, produk teknologi yang saat ini menduduki makom tertinggi dan sudah diluar kendali manusia lagi. Sangat liar. Edan tenan! Disadari atau tidak, keberadaan Internet telah mengubah tatanan kehidupan manusia yang bermasyarakat. Bumi, tata surya, dan galaksi seluas jagad raya ini dapat sampeyan ”kuasai” hanya dalam genggaman sebuah cellphone. Tidak pernah terpikir sebelumnya.
Coba sampeyan perhatikan kehidupan sekarang ini, seolah kita tidak dapat hidup kalau tidak ada Internet. Kemanapun kita pergi yang dicari adalah fasilitas internet, apakah itu di cafe, pasar swalayan, ruang tunggu praktek dokter, bahkan di tengah hutan ketika camping pun yang pertama kali di check, ”Ada signal nggak ya?”
Ketika teknologi internet ini mulai dikenalkan diawal 1994an, pada saat itu komuniti-nya masih terbatas di dunia akademis saja. Hanya dalam kurun waktu kurang dari dua dekade, bukan hanya Internet, tetapi semua macam alat piranti yang menggunakan internet sudah tak terhitung lagi model, macam dan fungsinya. Dan, segala macam aplikasinya pun sudah tak terbilang lagi jumlahnya. Salah satu aplikasi yang saat ini banyak dipakai orang adalah Facebook.
Facebook sebagai social network media telah mengubah drastis wajah masyarakat kita, dari masyarakat timur yang santun, penuh tata-krama, tepo-sliro sopo siro sopo insun, berubah menjadi masyarakat yang vulgar, blak-blakan, alias buka-bukaan semuanya. Bahkan, Facebook mampu mengubah kehidupan keluarga yang adem ayem menjadi keluarga yang apatis dan asosial sama sekali. Jalinan silaturahmi-nya hanya mengandalkan ”say Hi” melalui Facebook atau Twitter.
Lha kalau chatting dengan orang lain melalui Facebook.... jauh lebih mengasyikan ketimbang ngobrol dengan pasangan hidupnya, bukankah hal yang tidak berlebihan jika biduk dari rumah tangga itu akan oleng dan siap-siap untuk karam tenggelam?
Apalagi kalau dalam chatting itu sudah nyrempet cerita masa lalu. Menggunakan nama panggilan mesra yang dulu pernah ada di jaman Gita Cinta SMA, ”Hallo Sayang.... bagaimana khabarnya? Dimana posisi sekarang? Abang kangen sudah lama nggak denger suaranya lagi. Atau panggilan .. hallo Honey.... Sweety. Ya nggak mungkin to memanggil doi-nya dengan Mbok-e.... :-)”. Wis talah mbelgedes...Gombal Mukiyo tenan.
Lha kalau sampeyan lebih sreg nggombalin orang lain melalui Facebook daripada bercengkerama dengan anak-anak sampeyan sendiri, adalah hal yang tidak mustahil jika akhirnya anak-anak sampeyan akan lari kepelukan orang lain. Iya to?
Selingkuh alias Cheating adalah bagian dari kehidupan rumah-tangga yang dulu tabu untuk diperbincangkan, namun sekarang menjadi hal yang jamak untuk dipamerkan. Kalau dulu Selingkuh merupakan dominasi headline hanya untuk kalangan para artis, selebritis atau pejabat papan atas saja, sekarang sudah melebar jangkaun spektrum-nya mulai dari pedagang sayur, pembantu rumah tangga, sesama teman kerja, tetangga, majikan, guru, bahkan sampai ke level kyai atau pendeta. Naudzubillah.
Selingkuh, dalam konteks pemahaman saya, bukan hanya dalam ritual hubungan antara suami istri, tetapi lebih dari itu, hubungan harmonis antara orang tua dan anak-anaknya.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, tidaklah mengherankan ketika Facebook hasil karya Mark Zuckerberg ini langsung menduduki peringkat pertama survey sumber malapetaka ke-retak-an keluarga karena dianggap sebagai booster terjadinya per-selingkuh-an.
Namun demikian Mr. Zuckerberg tidak perlu berkecil hati, karena Facebook bukan satu-satunya penyumbang “dosa” berantakannya sebuah tatanan rumah tangga. Lagu-pun sebenarnya sudah dari dulu mengisyaratkan adanya pengakuan dari manusia untuk berperilaku selingkuh. Hanya saja, memang manusia lebih mudah di-trigger oleh mata ketimbang telinga.
Pernahkah sampeyan mendengar lagu ini? Lagu ini dinyanyikan oleh si mungil dari Bandung, Trie Utami, saya lupa judulnya. Berikut penggalan cuplikan syairnya,
“Sampai… detik hari ini….
Ternyata dirimu…
masih berkesan di dalam lubuk hatiku....”
“Memang serba salah rasanya
Tertusuk panah cinta...
apalagi aku juga ada pemiliknya,
Tapi ku tak mampu
Membohongi hati jurani...
ku tak mampu menghindari
gejolak cinta ini....
maka maafkan jika ku mencintaimu
atau biarkan ku mengharap kau sayang padaku”
Should we say no to Facebook? The way I see it, regardless pro and con from the impact of Facebook on our society, from my personal perspective, not many options we have but to utilize it with care. If you have kids, I do not recommend if you stay away from this apps. You must have and learn about it. That’s not even an option. How do you fight and gain the control if you allergy to touch it? Believe me, you will be surprised. And for that, you do not want to be the last person to know otherwise it will be too late!
Separuh malam kemarin, mata saya kelap-kelip tak dapat dipejamkan. Separuh malam sisanya, dalam tidur pun, saya glebakan karena rasa gelisah. Maklum, tadi malam, saya tidur sendirian :-), tidak dikeloni istri saya karena urusan Facebook ini. Seperti halnya bayi yang sedang disapih oleh ibunya untuk tidak tergantung lagi dari nenen ASI, demikianlah saya kemarin malam. Tulisan yang sampeyan baca ini, adalah buah dari kesendirian itu. Apes tenan ... malam tanpa istri itu! :-).
Saya masih percaya bahwa semua perilaku manusia yang berada diluar Sunatulloh itu artinya nyempal (baca: murtad). Dan kalau sempalan ini di-amin-i oleh banyak orang, artinya akan membentuk aliansi jamaah. Kalau jamaah sempalan ini melakukan action, yang terjadi terhadap kehidupan manusia disekitarnya akan lebih banyak mudlorot-nya ketimbang manfaatnya. Mengapa? karena aib akan datang sooner or later sebagai buahnya. Iya apa iya?
Saya akan pastikan bahwa istri saya membaca tulisan ini di pagi hari, sehingga malam nanti saya akan minta jatah saya tadi malam kembali. Jadi malam ini akan Double... :-). Wallohuallam. (Prahoro Nurtjahyo, April 16, 2013)
3 comments:
Mirip sama video youtube berikut ini ya, Mas Prahoro:
http://www.youtube.com/watch?v=euhcOLGJHKk
Memang macam-macam saja isi dunia yang sudah tua ini.
" Sakjane wong sing wis nikah ki, masing2 pasangan (hampir semua) pernah merasakan jatuh cinta lagi entah temen lama,rekan kerja..atau siapapun. Menurut aku iku wajar mungkin fitrah soko GustiAllah atau bisa juga ujiane GustiAllah ...kan masih sebatas 'rasa'....sing penting akal sehat karo nuranine bisa ngolah nggak? Arep direm opo diumbar....sakjane ki lakyo ngono to pakde? Nek mantra poligami....aku ora melok2 :-)" Soko Bandung, Indonesia.
Post a Comment