Wednesday, May 17, 2017

Menuju Peradaban

Saya sangat yakin bahwa seorang yang pernah terjun langsung di lapangan, akan mampu bercerita lebih baik dan "lebih menantang" ketimbang 1000 orang ahli yang hanya berkutat dengan analisa di atas kertas saja. Siapapun mereka yang pernah bersinggungan langsung dengan stakeholder-nya, akan memberikan gambaran permasalahan yang ada menjadi lebih mudah, lebih utuh dan lebih hidup. Iya to? Itulah sunatulloh dalam bermasyarakat agar saling mengenal satu dengan yang lain. 

Makanya, kalau sampeyan menjadi seorang pejabat, maka bersiaplah untuk mengenal stakeholder sampeyan. Bersiaplah untuk menyediakan waktu dan tenaga buat mereka. Siapapun pejabat yang mampu mem-bumi dengan masyarakat, akan sangat membantu menentukan kebijakan yang tepat sasaran khususnya yang menyangkut keadilan sosial. Dengan pernah terjun ke lapangan secara langsung akan memberikan nilai lebih, ketika sampeyan harus fight untuk membela kesejahteraan rakyat bangsa ini.

Ada baiknya sampeyan sering sering berkunjung ke daerah bukan hanya sekedar melihat kemegahan airport-nya, tetapi juga untuk melihat potensi sumber daya alam yang ada secara langsung di daerah tersebut.

Ada baiknya sampeyan sering sering ikut mandi di sungai yang berkelok di negeri ini, supaya sampeyan paham sekali betapa keberadaan air bersih sangat diperlukan oleh saudara-saudara kita ini.


Juga, ada baiknya sampeyan sering sering bermalam di salah satu kampung terpencil di ujung negeri ini yang tidak ada listrik nya sama sekali. Dari sana sampeyan akan mengerti benar bahwa tingkat peradaban bangsa ini "hanya" mampu ditingkatkan jika semua rakyat nya dapat merasakan manfaat listrik yang tersambungkan. 

Membangun peradaban bangsa ini harus dipahami bersama sebagai bagian dari nawaitu perjalanan hidup kita yang harus dikerjakan. Apapun rintangannya. Mengapa harus? Karena kalau kita tidak niatkan secara paksa maka proses menuju perubahan peradaban yang lebih baik untuk saudara kita "di ujung sana" akan berjalan sangat lambat. Langkah-langkah yang pas dan jitu hanya akan terjadi jika apa yang ada di lapangan dapat diterjemahkan dalam bentuk initiatives untuk memperkecil gap yang ada antara realita dan harapan.

Mari kita luruskan kembali niat awal dengan tulus dan jangan pernah lupa bahwa kita dilahirkan di dunia dengan tujuan tertentu. Ketulusan adalah modal utama yang harus dibawa oleh siapa saja ketika berinteraksi dengan sesama. Tidak ada yang namanya hidden agenda. Semuanya harus terukur dan terbuka. Mimpi indah saudara-saudara kita di ujung sana, tidak akan pernah terwujud kalau sampeyan dan saya masih tetap adem-ayem dan terus tidur mendengkur tanpa merasa ada kewajiban untuk sesama. Wallohulam (Prahoro Nurtjahyo, 17 Mei 2017)

No comments: