Sudah tidak terhitung berapa kali lagu Noah ini saya putar melalui media player di rumah, hasilnya masih saja sama. Istri saya masih juga cemberut. Malahan pagi ini, ketika sambil mandi, sengaja saya teriak-teriak menyanyikan lagu ini, si doi tambah senewen.
“Dengar lara-ku…
Suara Hati Ini
Memanggil Nama-mu
Karena separuh Aku
Dirimu”.
Apa pasal?
Jawaban singkatnya karena Facebook sialan itu. Si Doi ini kayaknya sudah mulai kesel ketika mengetahui akan ada “Reuni Perak 25 tahun SMA” dimana saya dulu sekolah. Lebih celaka lagi, karena adanya momentum reuni ini, secara sadar atau tidak, telah menyedot waktu saya untuk sering duduk di depan monitor PC dan cellphone untuk memperhatikan lalu-lintas perjalanan update berita melalui facebook dari teman-teman yang sudah lama tidak bertemu, yang telah dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Apalagi kalau sudah mendengar suara “cengkling” tanda ada message yang masuk dari facebook. Gage-gage (baca: buru-buru) melihat ada apa gerangan di facebook, segera ingin tahu siapa yang nulis, apa yang ditulis, kemudian mesem sendiri setelah membaca message itu, terus ngguyu sendiri, langsung siap-siap ingin ngebales, dan seterusnya. Nah sialnya semua gerak-gerik dan perilaku saya ini terus diperhatikan secara intens oleh istri saya. Jadilah ter-akumulatif malam kemarin sehingga doi ngambek dan kemarin malam di tempat tidur, saya di-sapih hanya di-ingkuri oleh geger-e thok. Lha…lak ciloko awak iki. Kademen. :-)
Tanpa berkomentar-pun, saya tahu pasti, kegelisahan macam apa yang sedang rasakan oleh istri saya. Makanya, sengaja saya tuliskan ini dalam Blog Celometan edisi akhir bulan ini agar istri saya tidak menebak-nebak lagi apa yang ada dalam suara hati ini.
Kalaulah sampeyan dan saya mempunyai cara berpikir yang berbeda untuk banyak hal, tetapi saya yakin, sampeyan dan saya mempunyai kesamaan untuk yang satu ini: indahnya masa-masa SMA.
High School, masa transisi dimana banyak orang-tua yang was-was akan anak-anaknya. Bukan saja mereka yang mempunyai anak gadis, tetapi juga bagi mereka yang mempunyai anak laki-laki. Lha wong …. jaman dulu saja sudah ngedeni pol, apalagi dengan jaman edan seperti sekarang ini. Semua kenakalan remaja bermula dari masa-masa ini: Alcohol, Pornography, vandalism, dan masih banyak yang lain. Sekali mlenceng atau mata meleng, then you are gone. That’s it. Maklum, yang nulis ini khan dulunya bekas preman sekolah, jadi pengalaman observasi thok cer. Sampeyan percaya saja dah. :-) Wajarlah kalau banyak orang tua yang pasang mata dan telinga lebar-lebar ketika anak-anaknya sudah memasuki masa SMA ini.
Seberapapun amburadul-nya masa-masa itu, suka atau tidak, masa itulah masa terindah untuk njalin katresnan (baca: Jatuh Cinta). Maklum, karena merasa sudah gede sementara lupa, padahal uang jajan dan uang saku saja masih minta dari orang tua. Belagu amat. Betul nggak? Lagaknya kayak boss besar kalau malam minggu pas apel sok ntraktir gaco-an-nya. Memangnya duwit-e mbah-mu sak karung tah? Meski dari “Gita Cinta SMA” itu ada yang bubar within a month or less, tetapi pada kenyataannya ada juga yang terus bertahan hingga ke pelaminan. Iya to?
Sebelum berangkat ke kantor pagi ini, saya katakan ke istri saya, “Klemben-klemben Roti-Roti…. Sing biyen yo biyen, sing penting sing sak iki”. Kalaulah memang jalinan benang-benang kusut itu dulunya pernah ada, janganlah takut kalau benang yang kusut tadi, akan kenceng lagi hanya karena acara reuni ini. Kallamulloh itu sudah dituliskan jauh sebelum sampeyan dan saya ini dilahirkan. Jadi percayalah, bahwa yang pernah dituliskan oleh-Nya adalah rahmat yang tidak ada bandingannya. Apalagi, karena rahmat itu sekarang sudah bersemayam dalam bentuk kenangan. Iya apa iya? Jadi malam ini saya rapel ya? :-)
Saya pertama kali mengenal lagu “Separuh Aku” bukan dari Ariel Peterpan, melainkan dari Parto OVJ. Saya angkat tulisan ini bukan karena cocok dengan lirik lagu itu, melainkan saya ingin yakinkan kepada istri saya bahwa separuh hati ini sudah tertambat di hatinya. Ceilah. Lha kalau separuh-nya lagi ada yang minta, saya nanti kebagian apa? Bener…Suwer… Kecuali kalau semua sepakat dengan new arrangement, misalnya “Seperlima Aku”, terus empat yang lain juga seperlima yang sama :-). Waduh alamat kademen maneh bengi iki. Naudzubillah... Wallohualam (Prahoro Nurtjahyo, June 25, 2013)
Saya pertama kali mengenal lagu “Separuh Aku” bukan dari Ariel Peterpan, melainkan dari Parto OVJ. Saya angkat tulisan ini bukan karena cocok dengan lirik lagu itu, melainkan saya ingin yakinkan kepada istri saya bahwa separuh hati ini sudah tertambat di hatinya. Ceilah. Lha kalau separuh-nya lagi ada yang minta, saya nanti kebagian apa? Bener…Suwer… Kecuali kalau semua sepakat dengan new arrangement, misalnya “Seperlima Aku”, terus empat yang lain juga seperlima yang sama :-). Waduh alamat kademen maneh bengi iki. Naudzubillah... Wallohualam (Prahoro Nurtjahyo, June 25, 2013)
6 comments:
waduh....klo begitu yg salah panitia reuni mbak linna.... bsk mbak linna ikut aja....biar masnya jg tenang # tp wajar kok....manusiawi....mewakili sebagian besar perasaan wanita. saking sayangnya istri sm suami...takut kehilangan...wajar...sumprit...tp ga boleh diterus2kan...hehehe....salam kenal mbak linna....
prahoro: aku moco tulisanmu ngguyu dewe ha ha
tenang mbak lina.... waktu SMA kita ini golongan jojoba kok.... jomblo2 bahagia.... jd gak bakalan ketemu mantan.... wong gak ada....
HUAHAHAHAHA! Mas Prahoro Bonek tulisannya asli lucu buanget! Walo banyak yg bahasa Jawanya aku gak ngerti, tapi ngertilah intinyaaaa mbak Linaaa malem ini jgn "di-sapih hanya di-ingkuri oleh geger-e thok" yaaa
Wong senengane mbolos.bareng2..totohan basket antar kelas..grubyak grubyuk...bagi gue (cie..jwakarta)teman sekolah adalah teman tumbuh bersama secara fisik dan non fisik..kenangan malah kentara pas kuliah...lhah cah kae cah sma kae koq tambah maniz...yach lewat disamber orang lain..
Th 13 terulang di th 18.
Munyer critane. Nakal gaya tulisane. Lucuu seng nulis. Seng maca maleh ngguya-ngguyu dewe.
Post a Comment