Kecewa adalah hal yang
lumrah dan dapat terjadi pada semua orang,
termasuk
sampeyan dan saya. Kekecewaan
umumnya muncul karena terlalu
njomplang-nya
perbedaan antara harapan yang diinginkan dengan kenyataan yang ada.
Kalau melihat hanya dari dua parameter ini
saja (harapan dan kenyataan), maka bisa jadi penyebabnya adalah
either harapannya yang terlalu tinggi
atau
usahanya yang
malas-malasan sehingga
hasil “kenyatan”nya tidak optimal.
Iya
to?
Selama dua minggu berturut-turut
saya harus menelan pahitnya ludah karena kecewa setelah menyaksikan movie Indiana Jones sekuel yang ke-4
(diperankan pemain kawakan Harisson Ford). Bagaimana tidak? Lha wong untuk Movie
Director sekaliber Stephen Spielberg
kok dengan mudah meluluskan ending
cerita seperti itu.
Sebenarnya,
setting awal cerita cukup menarik dengan membawa kita untuk bertanya-tanya.
Nah…nada-nada aneh mulai terasa
ketika pertunjukan memasuki
summary
di bagian 10% terakhir dari cerita. Anak saya yang
ragil (baca:
paling bontot)
sudah mulai dapat memprediksi bagaimana ceritanya nanti akan berakhir ditambah
omelan plus ancaman.
Akhirnya… gedubrak… Asem!! Gombal Mukiyo tenan.
Harapan saya dan anak-anak untuk
memperoleh happy ending yang logically make sense tidak kesampaian
juga ketika layar tancep itu berakhir
exactly sama seperti yang kami perkirakan.
Kecewa? Pasti. Sungguh diluar nalar
saya bagaimana seorang yang selama ini professional
di bidangnya berbuat seceroboh itu.
Pada akhirnya, saya sependapat
dengan apa yang dituliskan oleh pak Kyai Maslow
(Maslow’s Hierarchy of Needs), bahwa manusia akan mencari kepuasan melalui
batin-nya. Mereka tidak lagi peduli dengan material apa yang dimilikinya. At the
end of the day, semua yang bersifat materi dan fisik hanya tertangkap oleh indera
mata saja. Itulah surga dunia. Makanya belum tentu kalau yang cantik rupanya,
akan cantik juga hatinya… he…he…he…. Close your eyes so you can see. You are more beautiful than you think. Inikah surga dunia dan akherat? Wallohuallam (Prahoro Nurtjahyo, April
30, 2015)