Kampungku IATMI akan mempunyai hajatan besar, yaitu pilihan lurah. Tidak bermaksud untuk ikut-ikutan dengan desa sebelah, Indonesia Raya yang juga akan mengadakan pemilu, tetapi memang kampungku sudah waktunya memiliki lurah. Aneh saja rasanya, sebuah desa kok tidak ada lurahnya.
Aku dengar, desa sebelah itu mempunyai banyak calon lurah, sampai 24 calon. Bahkan ada acara tawuran antar pendukung karena saling ejek di antara calon lurah itu. Heran juga, kenapa desa sebelah ini tidak mencontoh kampungku yang adem ayem, tenang, tenteram dalam hal pilihan lurah. Jangan-jangan memang kampungku ini tidak memerlukan seorang lurah. Cukup, garis komandonya adalah YANG DITUAKAN, garis koordinasinya adalah SALING PENGERTIAN dan system kerjanya adalah GOTONG ROYONG. Hebat sekali memang warga kampungku ini. Mirip sekali dengan ketika aku berkendaraan sampai di perempatan antara jalan Hayes dan jalan Meadowglen yang masing masing arah ada tanda STOP sign, tidak perlu traffic light. Siapa yang datang lebih dulu, ya giliran dia yang jalan. Barangkali seperti inilah suasana di surga. Mungkin! (Prahoro Nurtjahyo, 11 Februari 2004)
Aku dengar, desa sebelah itu mempunyai banyak calon lurah, sampai 24 calon. Bahkan ada acara tawuran antar pendukung karena saling ejek di antara calon lurah itu. Heran juga, kenapa desa sebelah ini tidak mencontoh kampungku yang adem ayem, tenang, tenteram dalam hal pilihan lurah. Jangan-jangan memang kampungku ini tidak memerlukan seorang lurah. Cukup, garis komandonya adalah YANG DITUAKAN, garis koordinasinya adalah SALING PENGERTIAN dan system kerjanya adalah GOTONG ROYONG. Hebat sekali memang warga kampungku ini. Mirip sekali dengan ketika aku berkendaraan sampai di perempatan antara jalan Hayes dan jalan Meadowglen yang masing masing arah ada tanda STOP sign, tidak perlu traffic light. Siapa yang datang lebih dulu, ya giliran dia yang jalan. Barangkali seperti inilah suasana di surga. Mungkin! (Prahoro Nurtjahyo, 11 Februari 2004)
No comments:
Post a Comment